Tagana

Kastara.ID, Pandeglang – Sebanyak 55 sekolah di Kabupaten Pandeglang memdapatkan trauma healing dari Tagana. Kegiatan dikemas dalam program Tagana Masuk Sekolah (TMS).

Rasa trauma masih dirasakan para pelajar di SMK Bakti Nusantara Labuan, Pandeglang, Banten. Pada saat kejadian tsunami beberapa waktu lalu, ratusan pelajar SMK ini sedang menikmati libur semester.

“Saya masih takut ke pantai. Edukasi yang didapat hari ini, cukup banget. Adanya kegiatan ini (red: Tagana Masuk Sekolah), saya makin tahu harus bagaimana menyelamatkan diri,” ujar salah seorang siswa bernama Ida Nurfadilah.

Siswa kelas 12 SMK ini mengaku, sebelum edukasi ini, dirinya dan teman-temannya selalu merasa ketakutan karena tidak mengetahui bagaimana cara menghindar dari bencana selain lari.

“Dengan adanya Tagana Masuk Sekolah, kami menjadi lebih paham bagaimana menghadapi bencana, dibilang jangan panik, karena panik justru membuat kita celaka,” katanya.

Seperti diketahui, bencana tsunami yang terjadi bulan Desember 2018 banyak menelan korban jiwa dan meninggalkan trauma yang mendalam. Dua minggu setelah kejadian siswa mulai masuk sekolah, pihak sekolah melakukan assesment pada siswa.

“Hasilnya, para siswa diketahui mengalami trauma ringan, sedang, dan berat,” ujar Kepala SMKS Bhakti Nusantara Vindi Fitriandini, di Pandeglang.

Banyak siswa mengaku masih menghidari aktivitas di pantai karena ketakutan akan tsunami kembali melanda wilayahnya, walaupun kejadian tersebut sudah lebih dari satu bulan.

Senada dengan Ida, Jamaluddin juga mengatakan, adanya Tagana Masuk Sekolah, membuat dirinya faham jika ada berbagai berbagai bencana seperti tsunami, gempa atau bencana lainnya serta bagaimana menghindarinya.

“Tadi dibilang kalau ada gempa saat sekolah, lindungi kepala, masuk kolong bangku, hindari jendela kaca. Sudah agak tenang baru ke lapangan,” katanya.

Jamaluddin mengakui, jika baru pertama kali mendapatkan edukasi soal bencana dari Tagana. Dengan adanya edukasi ini, dirinya akan menerapkannya jika nanti ada bencana dan edukasi pada kelompok pramukanya.

“Saya juga tertarik jadi relawan untuk menolong sesama. Apalagi di Labuhan ini dekat pantai, sering gempa dan ada ancaman meletusnya gunung anak krakatau. Pelajaran dari Tagana jadi penting,” katanya.

Kepala Sekolah SMKS Bhakti Nusantara Vindi Fitriandini mengusulkan pada Kementerian Sosial atau Kementerian Pendidikan memberikan bimbingan teknis pada guru untuk lebih faham soal psikososial korban bencana terutama saat menghadapi siswa.

“Lebih bagus juga guru dilatih psikososial. Minimal per kelurahan atau kecematan satu orang, nanti dia bisa menularkannya pada guru lainnya, agar bisa cepat memulihkan trauma anak-anak,” katanya.

Vindi mengusulkan, Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan membuat modul interaktif lewat vidio agar edukasi kesiapsiagaan mudah didapat siswa selain mendatangkan para Tagana ke sekolah.

“Uji simulasi kebencanaan juga penting dilakukan dan saya sangat mendukung, apalagi Labuhan sering dilanda gempa jadi guru dan murid bisa tenang saat gempa melanda dan tidak panik karena tahu bagaimana cara menghindar saat bencana,” katanya. (put)