Headline

Islam dan Nasionalisme

Oleh: M. Ishom el-Saha

NASIONALISME telah mendarah daging dalam diri umat Islam Indonesia, terutama mereka yang itba’ (mengikuti) ulama Ahlussunah wal Jamaah. Dalam pandangan ulama yang dianut mereka itu, cinta tanah air itu penting dan menjadi bagian dari iman.

Ulama Ahlussunah wal Jamaah tak memungkiri kualitas hadits “Hubbul wathan minal iman” yang rendah; dhaif dan bahkan maudhu’: Bagaimana mungkin Kiai Hasyim Asy’ari yang ahli hadits mensahihkan hadits dhaif dan maudhu’?

Akan tetapi beliau menggunakan kalimat adagium hubbul Wathan minal iman untuk tujuan menggelorakan semangat perjuangan mengusir penjajah, dengan berbagai pertimbangan.

Pertama, maknanya benar sesuai dengan kalimat mutiara orang Arab, bahwa “Jika engkau ingin tahu kepribadian seorang pria maka lihatlah harapannya terhadap bangsanya, rindunya kepada saudara-saudaranya, dan tangisnya mengingat masa lalunya”.

Ada lagi pribahasa Indah yang menyebutkan bahwa ada tiga ciri utama makhluk sejenis hewan yang baik –kita tahu manusia juga disebut hewan yang berpikir- yaitu: (1) onta yang selalu mengendus tanah asalnya walaupun berada di tempat yang jauh, (2) burung yang selalu terbang jauh di waktu pagi mencari makan namun sorenya kembali ke sarangnya; (3) Manusia yang merindukan kampung halamannya sekalipun lebih nikmat tinggal di kampung orang lain.

Rasulallah SAW sendiri pernah bercerita kepada Ibnu Abbas tentang perasaan beliau sewaktu keluar dari Mekkah: “Demi Allah saya akan keluar sekalipun aku tahu kamu (Makkah) adalah daerah yang paling dicintai menurut Allah. Sekiranya mereka tidak memusuhiku maka aku tak akan keluar darimu. (As-Suyuthi dalam Al-Durr al-Matsur jilid I halaman 300).

Saat tinggal di Madinah beliau selalu merindukan tanah kelahirannya di Mekkah sehingga Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya Dzat yang mewajibkan kamu mengamalkan al-Quran akan mengembalikan kamu ke tempat asal usulmu” (QS. Al-Qashas ayat 85).

Kedua, pesan yang terkandung dalam Hubbul wathan minal iman itu teramat indah sebab tidak ada yang bertentangan antara cinta tanah air dan iman. Dalam iman terkandung dua pilar utama yakni syukur dan sabar.

Syukur dikarenakan Allah SWT telah menetapkan tempat lahir, tempat mencari penghidupan, dan tempat dikuburkannya jasad manusia. Begitupun iman menuntut kesabaran manusia mengadapi kondisi maupun ujian yang menerpa lingkungan dan tanah airnya.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa cinta terhadap tanah air merupakan tanda-tanda iman. (*)

*Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten

Leave a Comment

Recent Posts

Menjodohkan Anies-Ahok di Pilgub Jakarta?

Kastara.ID, Jakarta - Banyak tokoh nasional yang diwacanakan potensial maju pada Pilgub Jakarta 2024. Soal…

Meninjau Langsung Lokasi Banjir di RT 04 RW 08 Kelurahan/Kecamatan Cipayung

Kastara.Id,Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan banjir di Jembatan Kali Pesanggrahan…

Ahli Waris Kampung Bojong Malaka Gelar Silaturahmi dan Doa Bersama

  Kastara.Id,Depok - Ahli waris Kampung Bojong Malaka mengadakan halal bihalal dan doa bersama agar…

Nuroji : Gerindra Sudah Mengantongi Dua Nama Supian Suri dan Yeti Wulandari Untuk Walikota dan Wakilnya

Kastara.Id,Depok- Nuroji anggota DPR RI Fraksi Gerindra  terpilih kembali di Pileg 2024 menghadiri undangan acara…

Pemerintah Kota Depok Harus Ada BPR Untuk Peningkatan Ekonomi Daerah

Kastara.Id,Depok - Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat akan membentuk Bank Perkreditan Rakyat atau BPR sebagai…

Paripurna DPRD Depok Dalam Rangka Memperingati HUT Depok ke-25

Kastara.Id,Depok- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok menggelar Rapat Paripurna dalam rangka memperingati HUT…