Iis Edhy PrabowoIis Edhy Prabowo

Kastara.ID, Jakarta – Ikan dan kekerangan ternyata tak hanya lezat dagingnya, tapi limbahnya juga memiliki nilai ekonomi tinggi bila diolah menjadi produk berdaya guna. Seperti aksesoris, perlengkapan rumah tangga, furniture dan berbagai produk lainnya yang menarik.

Menyadari besarnya potensi yang ada, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Perikanan (PDSPKP) mendorong masyarakat untuk memanfaatkan limbah kulit ikan dan cangkang kekerangan sebagai ladang usaha (bisnis).

“Ini menimbulkan semangat baru bagi sumber pertumbuhan ekonomi dari sektor perikanan,” ujar Dirjen PDSPKP Nilanto Perbowo dalam webinar Mendulang Rupiah Melalui Pemanfaatan Cangkang Kerang dan Kulit Ikan, Selasa (18/8).

Pemanfaatan limbah kulit ikan dan cangkang kerang sebagai produk berdaya guna sudah dibuktikan oleh sejumlah pelaku usaha di Indonesia. Hanya saja sampai saat ini belum banyak yang menekuni, padahal bahan baku limbah sangat melimpah dan harganya pun murah bahkan ada yang diperoleh secara cuma-cuma. Hal ini dibuktikan dengan tingginya lalu lintas pengiriman cangkang kerang maupun kulit ikan ke berbagai daerah di Indonesia sebagai bahan baku produksi.

Nilanto menjelaskan, produk yang dihasilkan dari cangkang kerang dan kulit ikan kebanyakan berbasis kreatifitas dan lifestyle. Seperti tas, dompet, sepatu, ikat pinggang, gelang, hingga perabotan rumah tangga di antaranya vas bunga, hiasan lampu, tirai, dan pigura.

Segmen pasar produk-produk tersebut umumnya kelas menengah ke atas yang lebih mementingkan kualitas bukan harga. “Tinggal tantangannya bagaimana membuat dan mendesain produk yang sesuai dengan selera konsumen. Diperlukan imajinasi dan kejelian membaca trend saat ini. Perlu juga standar yang tepat agar produk yang digunakan aman bagi kesehatan, mengingat bahan bakunya adalah limbah,” terang Nilanto.

Memanfaatkan cangkang kerang dan kulit ikan sebagai produk berdaya guna juga bermanfaat untuk menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah kulit ikan dan cangkang kerang yang berpotensi menimbulkan bau tak sedap dan penyakit bila dibiarkan menumpuk.

“Kami yakin, peluang usaha untuk kekerangan dan kulit ikan ini terbuka sangat lebar. Dan ini peluang bisnis bagi kita semua,” tegasnya.

Sementara Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (DWP KKP) Iis Edhy Prabowo mengamini bahwa mengolah cangkang kerang dan kulit ikan menjadi produk berdaya guna merupakan bisnis menjanjikan. Di Ambon sudah ada yang membuktikan yakni Ketua Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Sweet Hatukau, Hamdja Liem.

Semula Hamdja mengolah kulit kerang yang didapat gratis menjadi bros dan hiasan dinding. Sebanyak 1 kilogram kulit kerang bisa untuk memproduksi 60 unit bros, di mana harga paling murah Rp 5 ribu/unit. Sedangkan harga hiasan dinding bisa mencapai Rp 8 juta, dengan material kulit kerang yang dibutuhkan jauh lebih banyak dan waktu membuatnya pun lebih lama. Kulit kerang yang tadinya tidak bernilai, saat ini harganya Rp 60 ribu per kilogram.

“Semoga ini menginspirasi kita untuk memajukan produk lokal, utamanya kerajinan kulit ikan dan cangkang kerang yang punya kualitas unik dan menarik,” ujar Iis.

Iis yang juga anggota Komisi VI DPR RI ini juga mengungkap bahwa pemerintah dan parlemen memberikan dukungan penuh untuk kemajuan UMKM di Indonesia. Berupa kemudahan kredit hingga perizinan. Di samping itu “Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang sudah diresmikan Pak Presiden Joko Widodo pada Mei lalu juga sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap penggunaan produk-produk lokal,” pungkasnya. (wepe)