Berita

Memperkirakan Gatot Nurmantyo Vs Joko Widodo di Pilpres 2019

Oleh: Muhammad AS Hikam

Sama dengan perkiraan saya, mantan Ketua MK, Prof. Mahfud MD, juga memprediksi bahwa Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo akan bertanding melawan Jokowi dalam Pilpres tahun depan. Posisi Prabowo Subianto, hemat saya, tidak cukup “menjanjikan” sebagai lawan kuat Jokowi, sang petahana, kendati partai Gerindra keukeuh mengusung dan bahkan telah mendeklarasikan pencapresan beliau.

Perhitungan saya, siapa pun capres-cawapres pada 2019 tak akan bisa menghindari dua faktor berikut ini. Pertama, aturan yang telah digariskan dalam konstitusi dan UU terkait, yakni mereka harus diajukan oleh parpol dan/atau gabungan parpol. Lebih spesifik lagi, menurut UU Pemilu, parpol dan/atau gabungan parpol tersebut mesti punya minimum 20% kursi di DPR. Implikasi dari kedua aturan tersebut adalah hanya koalisi yang mampu memenuhi ambang batas kursi DPR saja yang bisa mengusung capres-cawapres.

Selain itu, faktor kedua, adalah keniscayaan politik yang mesti dipahami oleh para pengusung capres-cawapres, yaitu elektabilitas para calon mereka. Ihwal yang satu ini memang tak mudah untuk mengukurnya karena ia terkait dengan perubahan dalam opini publik. Namun di dalam masyarakat terbuka seperti Indonesia hal itu bisa dijawab dengan menggunakan laporan-laporan survei yang secara berkala dilakukan oleh berbagai lembaga yang bergerak di bidang itu, baik milik negara maupun swasta. Walaupun tingkat kualitas dan kredibilitas mereka berbeda-beda, tetapi jika hasil-hasil survei mengenai elektabilitas para paslon tidak jauh berbeda, maka kita bisa lebih confidence dalam menilai dan memperbandingkan elektabilitas mereka.

Berdasarkan kedua faktor di atas, mudah diperkirakan bahwa Pilpres 2019 tidak akan diikuti lebih dari dua pasangan. Memang ada spekulasi bahwa poros ketiga masih terbuka, tetapi ini lebih bersifat “akademis”, bukan hal yang realistis secara politik. Poros ketiga hanya akan menjadi perusak suara atau spoiler kalau memang terbentuk dan hanya buang-buang biaya dan energi yang besar.

Walhasil, pada akhirnya probabilitas tertinggi adalah pertarungan antara petahana, Jokowi dan pasangannya, dengan satu lagi pasangan penantang (contender). Sampai saat ini wacana tentang siapa penantang tersebut masih didominasi oleh Prabowo dan pasangan beliau. Namun seiring berjalannya waktu, fakta politik menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo cenderung stagnan alias mandeg dan bahkan menurun. Mengapa menurun?

Pertama, ketidakjelasan Prabowo sendiri serta elite parpol-parpol di luar Gerindra yang berpotensi menjadi pendukungnya, yakni PKS dan PAN. Keengganan elite kedua partai untuk secara firm mendukung pencapresan Prabowo, merupakan pertanda bahwa mereka masih mempunyai opsi capres lain. Bisa saja dari kalangan mereka berdua sendiri, tetapi bisa juga dari luar ketiganya.

Di situlah nama Gatot Nurmantyo menjadi alternatif. Bukan saja beliau memiliki latar belakang militer yang masih menjadi idola sebagian masyarakat, tetapi juga secara politik mampu merekatkan ketiga parpol dan basis massa mereka, khususnya kelompok Islam politik. Gatot juga memiliki relasi yang baik dengan para pemilik modal nasional serta kelompok strategis dalam masyarakat sipil lainnya.

Alasan kedua adalah kecenderungan naiknya elektabilitas Gatot Nurmantyo dalam berbagai survei, walaupun masih dalam batas sebagai cawapres. Namun hal ini akan berubah jika beliau menjadi capres parpol koalisi oposisi dan jika mesin partai mereka mulai bekerja.

Untuk sampai kepada skenario tersebut tentu bukan kerja yang mudah. Bagaimana bisa meyakinkan Prabowo bahwa pencapresan Gatot adalah alternatif terbaik dan paling punya prospek untuk bisa menandingi sang petahana. Selain itu, bagaimana meyakinkan beliau dan Gerindra bahwa alternatif tersebut tidak merugikan keduanya dalam distribusi kekuasaan. Mungkin PKS dan PAN harus bersedia memberikan hak penuh kepada Prabowo untuk menentukan cawapres Gatot. Atau konsesi politik lain yang signifikan dan sepadan dengan “pengorbanan” Prabowo dan Gerindra.

Alternatif lain adalah merayu parpol yang selama ini mendukung Jokowi seperti PKB. Potensi ini bisa jadi cukup kuat mengingat Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), sangat berambisi untuk menjadi RI-2. Memang sampai saat ini dirinya masih mendambakan berpasangan dengan Jokowi. Tetapi jika ada peluang lain rasanya bukan hil yang mustahal baginya untuk berpindah haluan.

Koalisi PKS-PAN-PKB mungkin tak sesolid trio Gerindra-PKS-PAN, tetapi akan cukup untuk menjadi perahu bagi Gatot maju dalam Pilpres 2019. Adanya dua alternatif yang bisa dipakai untuk pengusungan Gatot inilah yang membuat saya cenderung memperkirakan bahwa Prabowo sulit bisa maju sebagai capres penantang Jokowi.

Politik memang sangat dinamis, tetapi pada saat yang sama, ia juga dibatasi oleh aturan-aturan baku dan keniscayaan-keniscayaan politik. Dan dengan semakin dekatnya waktu, opsi-opsi pun menjadi semakin berkurang. Jika parpol-parpol oposisi tidak bertindak cepat dan efektif, maka akan menghadapi kemungkinan paling pahit yaitu tidak munculnya pasangan penantang Jokowi yang berarti. Dengan kata lain, upaya keras mereka akan muspro alias sia-sia belaka.

Atau bahkan bisa jadi Jokowi dan pasangannya jadi calon tunggal dalam Pilpres 2019. Jika ini terjadi maka yang paling bertanggung jawab di hadapan mahkamah sejarah dan rakyat adalah parpol oposisi dan para pendukungnya! (*)

Leave a Comment

Recent Posts

Selamat Ginting: Salim Said Bagai Kamus Berjalan Soal Politik dan Militer

Kastara.id,Jakarta - Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan sosok almarhum Prof…

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…

55 Anggota PPK Depok di Lantik Dan Langsung Berkerja Untuk Pilkada Serentak 2024

Kastara.Id,Depok - Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat secara  resmi melantik…

Pencabutan dan Pembatalan Surat Pernyataan Sikap

Kastara.Id,Depok - Berdasarkan  Nomor  015/BSS/PS/V-2024 TANGGAL 14 MEI 2024.  Seluruh jajaran pengurus Perkumpulan Barisan Supian…

Selamat Ginting: Jurnalisme Investigasi Berkontribusi Terhadap Pemerintahan Demokrati

Kastara.Id,Jakarta - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menegaskan, jurnalisme investigasi keberadaannya sangat penting…