Headline

Ace Minta Kebijakan Rekam Biometrik Jemaah Umrah Ditinjau Ulang

Kastara.ID, Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzilly meminta kebijakan rekam biometrik bagi jemaah Umrah ditinjau ulang. Meski kebijakan itu adalah kewenangan Pemerintah Arab Saudi, namun kepentingan jemaah Umrah harus diperhatikan, mereka merasa keberatan selain adanya tambahan biaya juga belum terfasilitasi dengan baik. Bagi jemaah di Jakarta atau kota-kota besar lain akan mudah mengakses, tapi di pelosok akan kesulitan.

Hal itu ditegaskannya di Jakarta, Jumat (21/12) sehubungan pemberlakuan rekam biometrik (sidik jari dan retina mata) oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melalui operator Visa Facilitation Service (VFS) Tasheel sebagai persyaratan untuk pengurusan visa calon jemaah Umrah.

Menurut Ace, karena kebijakan itu dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi, maka pendekatannya government to government atau antar pemerintah, maka dalam hal ini Kementerian Agama perlu melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Arab Saudi dan mendesak agar tidak memberlakukan kebijakan tersebut. “Menurut saya kebijakan itu harus ditinjau lagi. Sebagaimana desakan biro perjalanan umrah bisa menambah beban berat jemaah umroh,” katanya.

Legislator Partai Golkar ini menambahkan, kalaupun rekam biometrik diberlakukan maka harus ada kemudahan jemaah umroh mengakses rekam biometrik. Berbeda dengan jemaah haji yang terpusat di embarkasi, jemaah umroh jumlahnya lebih kecil dan terpisah di beberapa lokasi.

Yang juga perlu diperhatikan, kata Ace, jumlah jemaah umroh dari Indonesia cukup besar dalam setahun di luar musim haji mencapai 1 juta orang. Karena itu kebijakan tersebut perlu ditinjau ulang, bahkan Kemenag dan Kemenlu segera membicarakannya dengan Pemerintah Arab Saudi.

Secara terpisah, Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Joko Asmoro menyampaikan keberatan dan penolakannya atas pemberlakuan rekam biometrik (sidik jari dan retina mata) oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melalui operator Visa Facilitation Services (VFS) Tasheel sebagai persyaratan untuk pengurusan visa calon jemaah umrah.

Penerapan rekam biometrik dinilai sangat membebani calon jemaah umrah. Pasalnya, kantor VFS Tasheel yang ada di Indonesia tidak memadai. Karena dominan calon jamaah umrah berasal dari desa atau kabupaten terpencil, atau 50 persen calon jemaah umrah berasal dari desa.

Ia menambahkan, keberatan calon jemaah Umrah tak hanya sebatas waktu dan jarak serta kesusahan dalam melakukan proses biometrik. Tetapi juga materi, contohnya ada jemaah yang berasal dari sebuah desa terpencil datang mengeluhkan harus menghabiskan biaya tambahan dari Rp 1 juta hingga Rp 6 juta hanya untuk ongkos dan penginapan selama mengurus rekam biometrik. (rya)

Leave a Comment

Recent Posts

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…

55 Anggota PPK Depok di Lantik Dan Langsung Berkerja Untuk Pilkada Serentak 2024

Kastara.Id,Depok - Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat secara  resmi melantik…

Pencabutan dan Pembatalan Surat Pernyataan Sikap

Kastara.Id,Depok - Berdasarkan  Nomor  015/BSS/PS/V-2024 TANGGAL 14 MEI 2024.  Seluruh jajaran pengurus Perkumpulan Barisan Supian…

Selamat Ginting: Jurnalisme Investigasi Berkontribusi Terhadap Pemerintahan Demokrati

Kastara.Id,Jakarta - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menegaskan, jurnalisme investigasi keberadaannya sangat penting…

Selamat Ginting : Demokrasi Asli Indonesia Sumbernya Semangat Kolektivisme

Kastara.Id,Jakarta - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan, demokrasi asli Indonesia sumbernya adalah…