Matahari

Oleh: Jaya Suprana

SAYA mengawali naskah Menerawang Bulan dengan beberapa data tentang matahari. Namun akibat judulnya ”Menerawang Bulan” maka di dalam naskah tersebut kemudian saya fokus pada topik bahasan naskah tersebut, yaitu bulan.

Dapat dimengerti bahwa sikap saya terkesan tidak adil terhadap matahari. Maka sahabat saya yang sarjana astronomi serta ilmuwan pertahanan merangkap jurnalis senior, Dr. Ninok Leksono menyampaikan tanggapan bijak sebagai berikut:

Matahari
Pagi Pak Jaya. Terima kasih untuk artikel Menerawang Bulan. Boleh jadi secara statistik Bulan lebih dipuja, karena aura kecantikan lebih melekat pada Bulan. Sementara Matahari, Sang Surya, sulit dikaitkan dengn ekspresi artistik karena naturnya yang panas, bahkan superpanas (suhu permukaan 5.000 derajat C, suhu inti 10.000.000 derajat C). Tetapi metafor tentang kehidupan, kekuasaan, umumnya dikaitkan dengan Matahari. Mungkin Pak Jaya ingat lakon wayang Asta Brata, bahwa pemimpin selain lembut seperti Bulan, juga harus jadi penerang dan sumber energi sebagaimana Matahari. Kalau BULAN HILANG/TIDAK ADA, KITA TIDAK APA-APA, TAPI KALAU MATAHARI TIDAK ADA, TAMAT ATAU TIDAK ADA KEHIDUPAN. Jadi Matahari vital bagi kehidupan, dan Bulan sebagai hiasan. Matahari juga ada sebagai judul lagu hit Agnez Mo. WR Supratman juga mencipta lagu berjudul “Di Timur Matahari” sebagai salah satu lagu wajib nasional. Grup the Bee Gees punya satu hit berjudul Sun in My Morning, dan lagu Neapolitan paling populer adalah O sole mio (Matahariku).

Setuju
Sepenuhnya saya setuju kepada informasi mengenai matahari oleh mahaguru alutista saya yang kebetulan sarjana astronom serta cendekiawan serba bisa tersebut! Matahari memang jauh lebih vital ketimbang bulan bagi kehidupan di planet bumi ini. Demikian pula menurut Asta Abrata, pemimpin selain lembut seperti bulan juga harus jadi penerang dan sumber enerji sebagaimana matahari.

Pada awal naskah Menerawang Bulan, saya khusus berkisah tentang dewa matahari masyarakat Jepang, Inka dan Mesir Kuno. Menurut saya, istilah matahari sebagai mata dari hari, juga jauh lebih realistis sekaligus puitis makna ketimbang bulan yang bukan mata dari apapun.

Terima kasih atas penyadaran mas Ninok, bahwa WR Supratman juga mencipta lagu Di Timur Matahari yang kini menjadi lagu wajib nasional. Mas Ninok benar dalam hal cukup banyak judul lagu terkait matahari. Beberapa  yang kebetulan saya ketahui misalnya: Island in The Sun, House of The Rising Sun, You are my Sunshine, Set The Controls of The Heart of The Sun, Here Comes The Sun, Under the Sun, Worship The Sun, Sail To The Sun. Projek elektro-pop Caribou garapan Dan Snaith mencipta lagu berjudul “Sun” dengan lirik Sun, Sun, Sun, Sun, Sun dan seterusnya dari awal sampai akhir lagu. Saya yakin masih lebih banyak lagi lagu berjudul matahari yang sama sekali tidak saya ketahui. Terima kasih atas pencerahan tentang matahari, mas Ninok! (*)

* Penulis adalah pembelajar peradaban dan kebudayaan di planet bumi serta benda-benda di angkasa luar.