InDOnesia Care (I Do Care)

Kastara.ID, Bintan – Ketahanan ekonomi Indonesia diuji dengan hadirnya pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara. Meski begitu, indikator ekonomi menggambarkan ketahanan kita lebih baik dibandingkan banyak negara lain di dunia.

Karena itu, pemerintah optimistis dapat mencegah perekonomian terkontraksi lebih dalam lagi sekaligus mempercepat pemulihannya, termasuk untuk daerah-daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.

“Pemerintah telah menyiapkan strategi, serta menetapkan berbagai kebijakan dan program untuk tetap menggerakkan ekonomi, menjaga sumber penghasilan masyarakat, namun dengan tetap mengedepankan kepatuhan terhadap protokol kesehatan,” ujar Menko Airlangga Hartarto dalam Kampanye InDOnesia Care (I Do Care) dan Protokol Kesehatan Pariwisata, di Lagoi Bay, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (24/9).

Kampanye I Do Care telah diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak 10 Juli 2020, untuk menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) pada sektor MICE di Indonesia. Standar CHSE tersebut sudah sesuai dengan standar global.

“Kami sangat mengapresiasi langkah Kemenparekraf yang mengusung kampanye InDOnesia Care atau I Do Care dalam menegakkan protokol kesehatan di dunia pariwisata,” katanya.

Sosialisasi program CHSE dijalankan di sembilan destinasi MICE, antara lain Bintan, Yogyakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Manado, Lombok, Banten dan DKI Jakarta, serta Semarang. Rangkaian kegiatan akan dimulai dari 26 September hingga 9 Oktober 2020.

Menko Airlangga menuturkan, dipilihnya Bintan sebagai salah satu lokasi Kampanye I Do Care disebabkan kota ini merupakan tujuan wisata yang sudah siap, serta berada dalam hub yang dekat dengan mancanegara.

“Tentunya kota ini menjadi pengungkit pertama sektor pariwisata, namun (kebangkitan) hanya bisa dicapai dengan protokol kesehatan yang siap. Saya melihat bahwa Kepri adalah daerah hijau, dengan tingkat kesembuhannya 60,7 persen yang melampaui standar global (WHO) 60 persen dan kasus aktif di sini hanya 375,” tuturnya.

Menko Perekonomian juga berharap program ini benar-benar dijalankan dan digaungkan secara masif untuk meningkatkan kepercayaan calon wisatawan domestik dan global. Termasuk juga kehadiran pemerintah dalam rangka Rapat Koordinasi Pimpinan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Bintan kemarin, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

“Ini diharapkan memberikan contoh baik dari program I Do Care tersebut, sehingga memberikan rasa aman bagi calon wisatawan untuk mau kembali bepergian dan berwisata,” imbuhnya.

Pelaku usaha pariwisata, lanjut Menko Airlangga, juga harus mencari cara-cara inovatif untuk tetap produktif dengan memanfaatkan infrastruktur teknologi yang telah dibangun pemerintah. Sektor pariwisata juga harus membangun ketahanan kuat di masa depan melalui kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan gaya hidup yang masih mungkin terjadi akibat pandemi ini.

Ia pun menyampaikan kembali pesan Presiden Jokowi kepada dunia pariwisata agar jangan sampai terjebak di dalam pesimisme karena masalah Covid-19 ini. Pasalnya, berbagai negara telah mulai membuka pembatasannya, bahkan masyarakat sudah mulai jenuh dengan kondisi ini. Maka itu, sektor pariwisata harus optimis akan bangkit kembali.

Menurut Menko Airlangga, Kepri sendiri sudah bisa restart dan reboot dari sisi pariwisatanya, maka peluncuran standar CHSE menjadi sangat penting. Apalagi juga sudah diberikan Sertifikat I Do Care, jadi akan mampu membangkitkan pariwisata di Kepri pada umumnya, dan Bintan pada khususnya. “Semoga bisa dilakukan juga di tujuan wisata lainnya di Indonesia,” ucapnya.

Menparekraf Wishnutama Kusbandio menambahkan, pihaknya yakin pariwisata Indonesia akan bertumbuh kembali ke depannya. “Jika implementasi CHSE dilakukan dengn baik oleh penyedia layanan MICE dan wisawatan yang berkunjung,” ungkapnya.

Pada acara ini juga dilakukan penyerahan Sertifikasi I Do Care yang pertama kalinya di Bintan, kepada pelaku parekraf yang sudah uji coba destinasi. “Bintan ini merupakan lowest hanging fruit untuk kemajuan dunia pariwisata Indonesia,” imbuhnya. (mar)