Kastara.id, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 5,1 persen sudah cukup seimbang. Dalam arti, asumsi tersebut dimaksudkan untuk menjaga momentum pertumbuhan di dalam negeri, sekaligus tetap mencermati kondisi perekonomian global yang masih diwarnai ketidakpastian.

“Dengan APBN yang kita desain ini, kita berharap pertumbuhan ekonomi akan berada di 5,1 persen. Ini merupakan suatu asumsi yang cukup seimbang; di dalam negeri kita mencoba menjaga terus momentum pertumbuhan. Tapi di sisi lain kita juga paham bahwa kondisi global belum kondusif,” kata Menkeu di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Jakarta (27/10).

Menkeu menguraikan, secara umum, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya relatif baik. Namun dalam dua tahun terakhir ketidakpastian global mulai berpengaruh terhadap perekonomian domestik, yang menyebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi.

“Itu terefleksi pada nilai tukar dalam dua tahun terakhir, dan agak mengurangi daya beli masyarakat, karena adanya imported inflation. Itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi melemah, karena faktor-faktor yang sifatnya berasal dari luar telah merembes masuk dan mempengaruhi confidence,” ujar Menkeu.

Oleh karena itu, pemerintah akan terus mencermati berbagai risiko dari berbagai perubahan kebijakan di tataran global. Beberapa risiko tersebut antara lain kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve, sentimen yang muncul dari pemilihan umum di negara-negara maju, termasuk juga kecenderungan proteksionisme negara-negara maju. Berbagai risiko tersebut berpotensi memperlemah perdagangan internasional dan prospek harga komoditas.

“Ini semuanya adalah faktor lingkungan global dan regional yang harus terus-menerus kita pantau, tapi pada saat yang sama kita coba netralisir sehingga tidak menyebabkan perekonomian kita melemah,” kata Menkeu. (mar)