Kastara.id, Jakarta – Pemerintah akan mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran 2017 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 5 Juni 2017. Rancangan ini disiapkan karena adanya perubahan target penerimaan dalam APBN 2017 akibat naiknya harga minyak sepanjang tahun ini. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap hal ini kepada wartawan usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (30/5) sore.

“Perubahan yang cukup besar yang mengubah dari sisi pendapatan negara adalah dari sisi harga minyak yang rata-ratanya sampai saat ini sudah mencapai 50 dollar per barel dari harga minyak. Asumsi di APBN adalah 45 dollar per barel,” kata Menkeu.

Dari perubahan itu, lanjut Menkeu, pemerintah melihat juga evaluasi sesudah tax amnesty dan proyeksi dari penerimaan perpajakan. Menurutnya, tahun 2017 diperkirakan masih akan mendapat tekanan dari sisi penerimaan.

“Tidak setinggi seperti yang dibayangkan pada saat menyusun APBN, di mana pertumbuhan pajaknya berdasarkan APBN 2017, dan dengan penerimaan tahun 2016, itu asumsinya ada pertumbuhan 16 persen. Kita memperkirakan (tahun 2017) mungkin akan sekitar hanya 13 persen,” ujarnya.

Dengan adanya penurunan lebih sedikit, maka secara total APBN 2017 ini akan ada kenaikan penerimaan dari tambahan harga minyak, namun ada sedikit penurunan dari penerimaan pajak. “Secara total mungkin ada net sekitar 15 triliun,” katanya.

Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Menkeu memperkirakan ada sekitar Rp 16 triliun yang bisa disisir dari belanja barang Kementerian/Lembaga yang akan dialokasikan bersama-sama terkait penurunan pertumbuhan penerimaan negara dari pajak sebesar Rp 15 triliun.

Namun Menkeu memperkirakan, pertumbuhan ekonomi mungkin akan membaik meskipun kita masih harus hati-hati melihat pada kuartal kedua dan ketiga. Outlook-nya bisa mencapai 5,3% meskipun kita tetap antara 5,1% sampai 5,3% dengan kuartal pertama sekitar 5,01%.

“Maka untuk bisa mencapai 5,3% kita harus tumbuh lebih tinggi pada kuartal dua, tiga, dan empat, yaitu sekitar 5,4%. Ini adalah sesuatu tantangan yang tidak mudah,” ujarnya. (lana)