Perdamaian

Kastara.ID, Doha – Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi melakukan enam pertemuan bilateral di sela-sela kunjungan kerja ke Doha untuk menghadiri penandatangan Kesepakatan untuk Perdamaian di Afghanistan (29/2).

“Perjanjian Damai antara Amerika Serikat dan Taliban yang akan ditandatangani hari ini di Doha, Qatar adalah langkah awal dari proses perdamaian untuk Afghanistan”, demikian disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan marathon yang dilakukan dengan Menlu Norwegia, Qatar, Uzbekistan, utusan khusus Presiden Trump untuk Afghanistan, Utusan khusus Jerman dan Inggris untuk Afghanistan di Doha, Qatar.

Menlu Retno diundang dalam penandatangan perjanjian damai antara Amerika Serikat dan Taliban mewakili Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam co-fasilitators atau negara like-minded yang selama ini berkontribusi besar bagi perdamaian di Afghanistan. Lima negara yang selama ini yang masuk sebagai co-fasilitator adalah Indonesia, Jerman, Norwegia, Qatar, dan Uzbekistan. Dalam pembicaraan dengan lima negara tersebut, kelima negara berkomitmen untuk terus memberikan dukungan agar proses perdamaian ini dapat berlanjut dan lestari sehingga rakyat Afghanistan dapat hidup dengan damai.

“Masyarakat internasional harus memberikan dukungan penuh terhadap proses selanjutnya pasca penandatangan perjanjian ini,” sebut Retno. Hal yang terpenting pasca perjanjian ini adalah implementasi dari perjanjian damai tersebut dan proses dialog antara pihak di Afghanistan atau yang disebut dengan Intra-Afghan Dialogue.

Masyarakat Afghanistan dan dunia akan melihat manfaat dari perjanjian damai ini jika kekerasan dan konflik di Afghanistan dapat dihentikan atau setidaknya menurun intensitasnya. “Masa depan bangsa Afghanistan harus ditentukan sendiri oleh rakyat Afghanistan (Afghan-owned and Afghan-led process),” ujar Retno.

“Sesuai amanat konstitusi Indonesia, Indonesia siap untuk berkontribusi untuk mendorong terus proses perdamaian di Afghanistan khususnya Intra Afghan Dialogue,” imbuh Menlu.

Selama ini Indonesia memfokuskan pada membangun dua elemen penting dalam proses perdamaian di Afghanistan yaitu peran ulama dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan dalam mendorong perdamaian dim Afghanistan. “Saya akan terbang malam ini ke Kabul untuk meluncurkan Indonesia-Afghan Women Solidarity Network bersama dengan tokoh perempuan Indonesia untuk membahas pemberdayaan perempuan dalam mendorong perdamaian di Afghanistan,” tegas Retno.

Selain itu, Menlu Retno juga membahas perkembangan isu Palestina dengan Menlu Uzbekistan dan Utusan khusus Inggris untuk Afghanistan dan Timur Tengah. Dukungan dunia terhadap perjuangan Palestina harus terus didorong.

Kontribusi Indonesia terhadap proses perdamaian di Afghanistan semakin terlihat pasca permintaan Presiden Ghani kepada Presiden Joko Widodo saat kunjungan Presiden Afghanistan ke Indonesia tahun 2017. (har)