Kastara.ID, Batam – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Perikanan Budidaya Laut Batam (BPBL Batam) berhasil memproduksi benih bawal bintang hibrida (hybrid). Benih hybrid ini merupakan hasil perkawinan silang (cross breeding) antara induk betina bawal bintang sirip pendek (Trachinotus carolinus) dengan bawal bintang sirip panjang (Trachinotus blochi, Lacepode).

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta, Selasa (1/9) mengatakan, saat ini status pengembangan teknologi perbenihan untuk memproduksi benih unggul kian dinamis. Slamet juga mengapresiasi keberhasilan BPBL Batam dalam memproduksi benih bawal bintang hybrid.

“Saya rasa ini keberhasilan yang menggembirakan di tengah upaya KKP dalam menggenjot produksi ikan budidaya laut. Kelebihan yang dihasilkan bawal hybrid ini secara langsung akan meningkatkan produktivitas, di sisi lain performance kualitas produknya bisa lebih diminati pasar. Tahun depan bawal hybrid ini kita targetkan sudah bisa dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia,” kata Slamet.

Slamet juga memastikan, dalam lima tahun mendatang fokus KKP lebih prioritas pada sub sektor akuakultur termasuk budidaya laut yang hingga kini pemanfaatannya baru dibawah 10%.

“Komitmen pak Menteri jelas bahwa fokus kedepan yakni budidaya. Hal ini juga sudah kami sepakati dengan Komisi IV, terutama untuk menambah pagi anggaran tahun depan bagi program percepatan pengembangan perikanan budidaya,” tegas Slamet.

Kepala BPBL Batam, Toha Tusihadi, saat dimintai keterangan mengatakan bahwa proses hibridisasi kedua jenis ikan bawal yang dimiliki oleh BPBL tersebut diharapkan dapat mengambil kelebihan-kelebihan yang ada pada keduanya. Salah satu kelebihannya yakni telah terbukti  mampu beradaptasi dari habitat alaminya di daerah sub tropis ke lingkungan perairan Indonesia serta dapat dikembangkan pada kisaran salinitas cukup lebar (antara salinitas 19 ppt sampai dengan 34 ppt).

Sedangkan fenotip Bawal Sirip Pendek yang diharapkan akan muncul pada benih turunannya adalah munculnya warna keemasan pada permukaan tubuh ikan, daging yang lebih tebal serta karakteristik morfologi sirip yang dimilikinya. Kelebihan lain dari Bawal Sirip Pendek yang diharapkan muncul adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan Bawal Bintang.

“Proses hibridisasi ini tentu diharapkan akan mampu memperbaiki performance ikan bawal bintang baik dari sisi pertumbuhan maupun kualitas produk. Jadi, kelebihan-kelebihan fenotip Bawal Sirip Pendek menyebabkan ikan tersebut lebih diminati di pasar internasional  dibandingkan dengan Bawal Bintang,” jelas Toha.

Ditambahkan Toha, saat ini oroduksi benih pada siklus pertama telah menghasilkan benih Bawal Hybrid yang siap tebar KJA (umur 30 hari, ukuran 3-4 cm) sebanyak 5.000 ekor. Sedangkan pada produksi siklus kedua BPBL Batam meningkatkan jumlah produksinya, dengan jumlah eksisting benih saat ini sebanyak 20.000 ekor benih Bawal Hybrid umur 14 hari (ukuran 0,6 cm). Menurutnya, induk-induk tersebut dapat dipijahkan secara alami dengan produksi telur antara 100.000-150.000 butir telur fertil per siklus.

“Hibridisasi ini dilakukan sebagai usaha BPBL Batam untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya genetik yang telah dimilikinya untuk mendukung pembangunan perikanan budidaya laut. Strategi breeding program dan pemuliaan induk akan terus dilaksanakan oleh BPBL Batam dengan berfokus pada dua kegiatan pokok, yaitu untuk mempertahankan galur murni masing-masing spesies serta untuk mendapatkan strain/varietas bawal hybrid yang memunculkan fenotip-fenotip unggul dari kedua komoditas yang ada,” pungkas Toha. (wepe)