Persatuan Indonesia

Oleh: Jaya Suprana

AKIBAT perang saudara, peta geopolitik makin membingungkan! Tidak jelas siapa-teman-siapa atau siapa-musuh-siapa dan kenapa-harus-begitu. Apalagi setelah Trump membunuh Jenderal Iran dan petinggi militer Irak di kawasan bandara Bagdad, suasana makin kacau balau.

Sang Jenderal Iran yang dibunuh Trump yang benci ISIS adalah pahlawan pembasmi ISIS, maka dipuja para pembenci ISIS yang dibenci ISIS.

Pesawat terbang sipil Ukraina ditembak jatuh oleh Iran yang menimbulkan protes keras justru rakyat Iran.

Turki, Suriah, Libia
Konon Turki mengerahkan pasukan pemberontak Suriah plus serdadu Turki yang tergabung di Divisi Sultan Murad ke Libia untuk melawan pasukan Khalifa Haftar. Sumber-sumber dari kaum oposisi Suriah menyatakan bahwa sebelumnya brigade Suqour al-Sham yang sengaja didirikan untuk merongrong pemerintah Suriah telah terlebih dahulu mengirimkan pasukannya untuk bergabung dengan Divisi Sultan Murad yang akan diberangkatkan oleh pemerintah Turki ke Tripoli.

Sang pimpinan pemberontak yang dekat dengan Ankara, Fylaq al-Sham menyatakan bahwa Angkatan Bersenjata yang bermarkas di Tripoli telah mengirimkan senjata dan perwira Libia ke laskar pemberontak Suriah pada tahun 2011. Pada tahun 2014 Faylaq al-Sham balas-budi dengan mengirimkan para penasihat militer untuk Angkatan Bersenjata Tripoli melawan Angkatan Bersenjata Benghazi. Namun Pemerintah Oposisi Interim Suriah membantah mereka akan mengirim pasukan menyerbu Libia sebab tugas utama Tentara Nasional Suriah  adalah melindungi rakyat Suriah dari ancaman militer rezim pemerintah Assad yang didukung oleh Rusia dan Iran.

Memang Libia dan Suriah terlibat ke dalam konflik terbuka sejak tahun 2011 akibat pemberontakan terhadap Muammar Gaddafi di Libia dan Bashar Al-Assad di Suriah. Militer yang didukung NATO berhasil menggulingkan Gaddafi meski kemudian kekacau-balauan Libia terus berlanjut akibat Libyan National Army di bawah pimpinan Gaftar bertempur melawan tentara Government of National Accord yang bermarkas di Tripoli.

Sementara di Suriah, Assad yang didukung Rusia dan Iran berhasil memukul mundur pasukan pemberontak yang didukung Turki sampai ke sudut Timur Laut Suriah. Kelompok pemberontak yang didukung Turki bertahan di Provinsi Allepo dan sampai kini masih bertempur melawan angkatan bersenjata bukan Suriah tetapi malah Kurdistan. Militer pro Assad melakukan serangan sengit ke banteng terakhir kaum pemberontak di provinsi Idlib, sehingga lebih dari 230.000 warga Idlib terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka.

Kurdistan, Sudan, Rusia, Kanada
Banyak tentara yang akan dikirim oleh Turki ke Libia dicurigai Amnesty International sebagai para pelanggar HAM, yang telah melakukan kejahatan perang terhadap warga Kurdistan. PBB meyakini bahwa para pemberontak Suriah bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap politikus Kurdistan beserta beberapa warga sipil Kurdistan. PBB bahkan melaporkan bahwa seribu serdadu telah dikirim oleh militia Sudan, Rapid Support Forces, yang pernah bertempur bagi koalisi Arab Saudi di Yemen untuk mendukung Haftar di Libia. Juga di kawasan perbatasan Libia Selatan diidentifikasi kehadiran kelompok bersenjata dari Chad dan Darfur.

PBB sedang meneliti keterlibatan perusahaan Kanada, Dickens & Madon di dalam kemelut perang saudara Libia, sebab perusahaan Kanada menandatangani kontrak kerja sama dengan pimpinan paramiliter Libia, Hohammed Hamdan Dagolo.

Sementara Erdogan membenarkan intervensi Turki ke Libia dengan dalih bahwa pasukan Haftar didukung perusahaan swasta militer Grup Wagner yang bermabes nun jauh di Kremlin, Moscow, Rusia yang pernah aktif di perang saudara nun jauh di Sudan dan Republik Afrika Tengah sebagai penasehat militer pribadi Presiden Faustin-Archane Touadera.

Bingungologi
Apabila Anda merasa bingung membaca naskah ini, maka saya tidak malu mengakui bahwa saya malah lebih sangat bingung banget ketika menulis naskah tentang kemelut prahara perang saudara di Timur Tengah, pesisir Afrika Utara dan Asia Barat yang melibatkan Libia, Yemen, Sudan, Irak Turki, Rusia, Iran, Kurdistan, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan lain-lainnya, yang bisa saling berteman namun mendadak bisa saling bermusuhan lalu berteman lagi untuk bermusuhan lagi dan seterusnya dan selanjutnya. Termasuk agak berteman dan agak bermusuhan kini tampil sebagai jargon politik kontemporer.

Namun sebuah kesimpulan dapat ditarik dari kemelut bingungologi perang saudara, yaitu jangan sampai perang saudara terjadi di persada Nusantara kita tercinta ini. Lebih menyedihkan lagi apabila penyebabnya ternyata sekadar angkara murka hawa nafsu kerakusan belaka. Akibat kerakusan segelintir manusia yang sedang kesurupan iblis, jangan sampai rakyat jelata yang sama sekali tidak berdosa menikmati hasil kerakusan malah dikorbankan. (*)

* Penulis adalah pembelajar peta geopolitik dunia masa kini.