ADLAM

Oleh: Jaya Suprana

DALAM mempelajari apa yang disebut sebagai “bahasa”, saya curiga bahwa apa yang pada hakikatnya apa yang disebut sebagai “bahasa” merupakan kesepakatan antara manusia dengan manusia. Tanpa kesepakatan tidak ada bahasa. Atau sebaliknya juga bisa tanpa bahasa tidak ada kesepakatan.

Kesepakatan
Maka, saya juga curiga bahwa pada hakikatnya setiap manusia dapat membuat bahasa sendiri berdasar kesepakatan dengan sesama insan manusia. Kecurigaan saya diabsahkan oleh dua remaja bersaudara Ibrahima Barry dan Abdaulaye Barry, yang menjelang akhir abad XX secara gotong-royong berhasil menciptakan sebuah jenis aksara baru untuk menulis bahasa Fulani.

Semula Fulani merupakan bahasa lisan, sebab hanya digunakan untuk komunikasi antar para penggunanya secara lisan saja. Aksara penemuan Barry bersaudara disebut sebagai ADLAM, sebagai akronim dari kalimat bahasa Fulani “Alkule Dandayde Lenol Mulugol” yang kira-kira bermakna “aksara yang melindungi masyarakat dari kepunahan“.

Kreativitas
Di masa remaja, Ibrahima dan Abdaulaye merisaukan bahwa bahasa Fulani hanya digunakan secara lisan, maka dikhawatirkan akan punah. Maka mereka berdua menciptakan aksara ADLAM demi memungkinkan bahasa Fulani digunakan untuk komunikasi secara tertulis. Bahkan Barry bersaudara juga menciptakan keyboard aksara ADLAM.

Ternyata mahakarya kreativitas Barry bersaudara disambut baik oleh masyarakat berbahasa Fulani, yang kemudian menular ke masyarakat lain-lainnya, sehingga kini aksara ADLAM resmi diajarkan di Guinea, Nigeria, Liberia dan negara-negara berdekatan.

Kemudian, aksara ADLAM mendunia di Jaman Now yang juga disebut Zaman Milineal berkat dukungan Google dengan sistem operasional Android dan Chrome. Ada pula aplikasi Android untuk mengirim SMS dengan aksara ADLAM, serta juga untuk belajar menggunakan aksara ciptaan dua remaja Guinea tersebut.

Pada para komputer yang menggunakan Microsoft Windows, aksara ADLAM dihadirkan sebagai bagian fitur-penginian Windows 10 version 1903 codenamed 19H1 build 18252.

Saya tidak tahu mengenai apakah lembaga pendidikan dan kebudayaan PBB, UNESCO sudah menobatkan aksara ADLAM sebagai warisan kebudayaan dunia. Apabila sudah, syukur alhamdulillah. Apabila belum, UNESCO wajib segera menobatkannya.

Kagum
Sebenarnya di masa remaja saya pernah iseng membuat bahasa sendiri, namun dengan aksara Latin yang sudah digunakan masyarakat berbahasa Indonesia. Mungkin akibat saya tidak menciptakan aksara baru untuk bahasa buatan saya sendiri itu, di samping juga tidak ada orang lain yang tertarik untuk menggunakannya plus pada masa itu belum ada Google atau Microsoft, maka serta merta dengan sendirinya bahasa buatan saya sendiri itu layu sebelum berkembang, alias musnah ditelan zaman.

Maka saya sungguh merasa kagum (sambil iri) terhadap pasangan bersaudara Ibrahima and Abdualaye yang berhasil menciptakan kemudian mewariskan sebuah jenis aksara baru kepada masyarakat berbahasa Fulina, yang bahkan kemudian dirambahkan oleh Google dan Microsoft ke berbagai masyarakat di berbagai pelosok dunia yang sepakat dalam menggunakan aksara ADLAM dalam saling berkomunikasi. (*)

* Penulis adalah pembelajar peradaban manusia.