Qassem Suleimani

Oleh: Jaya Suprana

MASYARAKAT di berbagai pelosok dunia bereaksi atas tewasnya Jenderal Iran, Qassem Soleimani dan enam orang lainnya termasuk komandan milisi Irak, Mahdi al-Muhandis dalam prahara serangan udara pra-fajar di kawasan bandara internasional Bagdad, yang dibenarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Iran, Irak, Suriah, Turki
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Amerika Serikat atas suatu “pembalasan yang keras”. Menteri Luar Negeri Iran Javed Zarif menyatakan bahwa pembunuhan Jenderal Soleimani merupakan aksi terorisme Amerika Serikat sangat berbahaya dan ekskalasi bodoh.

Jubir Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengutuk serangan pra-fajar itu sebagai agresi terhadap Irak yang akan memicu perang yang menghancurkan. Mahdi menambahkan bahwa serangan itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian yang mengijinkan kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak.

Kementerian Luar Negeri Suriah menggambarkan pembunuhan itu sebagai “eskalasi serius situasi” di kawasan Irak dan menuduh AS menggunakan “metode gerombolan penjahat”.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran, dan bahwa mengubah Irak menjadi wilayah konflik akan merusak perdamaian dan stabilitas kawasan, sambil menegaskan bahwa Turki selalu menentang intervensi asing, pembunuhan dan konflik sektarian di Irak.

Rusia China, PBB
Moskow memperingatkan bahwa pembunuhan Soleimani di AS akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, diringi ucapan belasungkawa kepada rakyat Iran atas gugurnya Jenderal Soleimani di Bagdad.

China meminta pengekangan dari semua pihak, terutama Amerika Serikat. “Kami mendesak pihak-pihak terkait, terutama Amerika Serikat, untuk tetap tenang dan menahan diri untuk menghindari ketegangan yang semakin meningkat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RRC, Geng Shuang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan baru-baru ini di Timur Tengah, demikian kata juru bicara Sekjen PBB dalam sebuah pernyataan.

Israel, Inggris
Lain halnya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menegaskan bahwa AS memiliki hak untuk mempertahankan diri dengan membunuh Soleimani.

“Sama seperti Israel memiliki hak untuk membela diri, Amerika Serikat memiliki hak yang persis sama,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.

“Qassem Soleimani bertanggung jawab atas kematian warga Amerika dan banyak orang tak berdosa lainnya. Dia merencanakan lebih banyak serangan semacam itu.”

Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab bersabda gaya Pontius Pilatus. “Kami selalu mengakui ancaman agresif yang ditimbulkan oleh pasukan Quds Iran yang dipimpin oleh Qassem Soleimani. Setelah kematiannya, kami mendesak semua pihak untuk menahan diri. Konflik lebih lanjut bukan merupakan kepentingan kami.”

Doa Permohonan
Sebagai warga Indonesia yang cinta damai, saya pribadi sangat prihatin atas serangan pra fajar yang dilakukan angkatan bersenjata Amerika Serikat di Bagdad, yang membinasakan Jenderal Qassem Soleimani.

Secara deja vu saya melihat adegan prahara pembunuhan Jenderal Qaseem Soleimani dari Iran di Bagdad pada tahun 2020, seolah pengulangan adegan prahara pembunuhan terhadap archduke Franz Ferdinand dari Austria di Sarajevo pada tahun 1914, yang terbukti kemudian memicu Perang Dunia I.

Semoga saya keliru!

Maka saya bersujud demi dengan penuh kerendahan hati, memanjatkan doa memohon Yang Maha Kuasa berkenan menyadarkan segenap pihak yang terlibat di dalam kemelut Irak untuk menahan diri, agar jangan sampai prahara di Sarayewo 1914 memicu Perang Dunia I berulang terjadi, sebagai prahara di Bagdad 2020 memicu Perang Dunia III. (*)

* Penulis mendambakan damai di planet bumi.