Oleh: M. Ishom el-Saha

NASIB setiap manusia sejatinya sudah ditetapkan Allah SWT sebelum dia lahir di muka bumi. Namun, karena amalan yang dilakukan orang pada masa lebaran menyebabkan Arasy bergetar, sehingga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak mengubah suratan takdir-Nya.

Amalan itu ialah merajut kembali tali kasih sayang (silaturrahim), dengan cara bertandang, berkunjung atau datang beranjangsana. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Tsauban, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tak akan tertembus takdir kecuali hanya doa, dan tak akan menambah umur kecuali hanya berbuat baik.”

Doa dan amal baik merupakan amalan yang mampu menggetarkan Arasy sehingga Allah SWT Yang Maha Penyayang mengubah takdir manusia. Dua amalan ini dapat dilakukan sekaligus ketika seseorang beranjangsana ke rumah saudara, sanak famili, sahabat, dan tetangganya.

Dalam Tanbih al-Ghafilin, halaman 47 dijelaskan ada seorang ulama ternama bernama al-Dhahhak b. Muzahim, ketika membaca ayat “yamhullaahu maa yasyaa’u wa yutsbitu” (Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki), beliau berkata: “Sesungguhnya seorang yang bersilaturrahim, padahal seharusnya dia akan mati tiga hari lagi, maka Allah panjangkan umurnya menjadi 30 tahun. Sebaliknya orang yang memutus silaturahim, seharusnya umurnya 30 tahun, dipangkas Allah menjadi tinggal 3 hari.”

Ulama generasi tabiin ini berdalih, dengan pendekatan irfaninya, bahwa: ketika Allah menciptakan rahim manusia, Dia berfirman: Aku Maha pengasih (al-rahman) sementara engkau rahim (berlabuhnya kasih sayang). Jika ada orang memutuskan-mu maka Aku akan memutus sifat rahman-ku untuknya. Jika ada orang menyambung-mu maka Aku pertemukan kasih sayang-Ku buat dia.”

Pendapat al-Dhahhak b. Muzahim itu pada dasarnya berkaitan dengan perintah Allah SWT dalam QS an-Nisaa: 1. Fattaqullaahal-ladzii tasaa’aluuna bihi wal arhaam. Dalam ayat ini perintah bertaqwa dirangkai dengan perintah (menyambung) tali persaudaraan dan kasih sayang (al-arham).

Jarang-jarang dalam Al-Quran, terdapat perintah taqwa dirangkai dengan perintah lain, terkecuali salah satunya perintah bersilaturrahim. Oleh sebab itu, bersilaturrahim-lah karena nasib-mu insya Allah berubah lebih baik. (*)

*Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten