ISIS

Kastara.ID, Jakarta – Sinyal penolakan atas rencana pemulangan warga negara Indonesia (WNI) mantan anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat tanggapan menarik dari budayawan Sujiwo Tedjo. Melalui akun twitternya @sujiwotedjo, penulis buku ini mengatakan sebaiknya Jokowi menerima para kombatan ISIS tersebut.

Namun seniman yang juga seorang dalang ini mensyaratkan mantan anggota ISIS tersebut harus menjalani pengadilan terlebih dahulu. Cuitan yang diunggah pada Jumat (7/2) itu menyebutkan bahwa Indonesia tidak bisa langsung menolak kepulangan sekitar 600 orang mantan anggota ISIS. Mantan wartawan ini mengatakan, WNI mantan anggota ISIS itu tetaplah saudara-saudara kita.

Pria yang menyebut dirinya sebagai Presiden Jancukers ini juga membandingkan WNI mantan anggota ISIS dengan para koruptor. Menurutnya koruptor tak kalah sadis dengan teroris. Jika teroris membunuh seketika, para koruptor membunuh rakyat secara perlahan. Jika pemerintah menolak kepulangan mantan anggota ISIS, menurut Tedjo seharusnya para koruptor juga diusir dari Indonesia.

Hal senada diungkapkan Ketua Setara Institute Hendardi. Menurutnya pemerintah harus merancang dan mengambil kebijakan komprehensif terkait pada WNI mantan simpatisan ISIS. Terutama menurut Hendardi, WNI yang saat ini masih berada di kamp tahanan di Suriah.

Hendardi juga menekankan, saat ini yang terpenting dilakukan pemerintah adalah memulangkan anak-anak terlebih dahulu. Pasalnya tidak sedikit anak-anak yang mengikuti orang tuanya yang menjadi simpatisan ISIS. Saat memberikan keterangan tertulis yang disampaikannya (7/2), Hendardi menyatakan semakin lama anak-anak itu tinggal di kamp tahanan, semakin buruk pula dampaknya, baik secara fisik maupun psikis.

Para anak-anak dikhawatirkan semakin terpapar paham ekstrem ISIS. Itulah sebabnya menurut Hendardi, dibutuhkan identifikasi dan rehabilitasi terhadap anak-anak tersebut. Diperlukan peran pada ahli rehabilitasi medis dan psikologis dalam membantu kepulangan anak-anak mantan anggota ISIS. (ant)