Gunung Anak Krakatau

Kastara.ID, Jakarta – Mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan suara dentuman yang terdengar oleh warga Jabodetabek pada Sabtu (11/4) dini hari berasal dari Gunung Anak Krakatau. Pakar vulkanologi yang akrab disapa Mbah Rono ini mempertanyakan, dari mana suara itu jika bukan dari Anak Krakatau, apakah dari latihan militer?

Saat berbicara pada Sabtu (11/4), Mbah Rono menjelaskan, saat dini hari suara dari jauh lebih mudah terdengar. Pasalnya aktivitas warga banyak yang berhenti. Selain itu adanya pembatasan aktivitas warga di sejumlah wilayah akibat wabah virus corona juga membuat kondisi semakin sepi. Hal ini juga mengurangi perlambatan perjalanan gelombang suara.

Mbah Rono menambahkan perlambatan gelombang suara sangat bergantung pada tekanan udara di suatu daerah. Itulah sebabnya suara bisa didengar di suatu wilayah tapi tidak di wilayah lain. Saat Jakarta dan sekitarnya sedang lockdown, suara dari kejauhan bisa terdengar, termasuk dentuman dan gemuruh dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Pendapat berbeda dikemukakan Kepala Bidang Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB) Hendra Gunawan yang yakin suara dentuman dan gemuruh itu bukan akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Pasalnya menurut Hendra, erupsi Anak Krakatau dikategorikan miskin gas dan lebih bersifat aliran.

Saat berbicara pada Sabtu (11/4), Hendra menegaskan, dirinya sudah mengecek ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hendra mengakui, gunung yang berada di Selat Sunda itu sempat erupsi pada Jumat (10/4) sekitar pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB.

Namun letusan kali ini relatif kecil. Ketinggian kolom abu hanya sekitar 600 meter dengan amplitudo 40 milimeter selama 74 detik hingga 2.284 detik. Aktivitas Anak Krakatau ini bisa dikatakan wajar sebab sebagai gunung muda yang sedang tumbuh besar. (ant)