ACT

Kastara.ID, Sukabumi – Siti Maryam, ibu dari dua anak sudah berkecimpung selama tujuh tahun mendampingi Aksi Cepat Tanggap di tim Disaster Emergency Response sebagai relawan kebencanaan. Perempuan asal Sukabumi itu berprinsip, membantu sesama tidak hanya lewat bantuan materi saja, tetapi juga bisa dengan tenaga, ide, pikiran, dan apa saja selama dapat meringankan kesusahan sesama manusia.

Piagam Citra tangguh diperoleh Maryam. Fisik dan mentalnya pun dikenal kuat. “Saya juga ada rasa takut. Tapi, ketakutan saya adalah bukan mengevakuasi mayat, justru saya takut tidak dapat membantu sesama. Bagi saya tugas kemanusiaan adalah kehormatan,” ungkapnya, Rabu (11/11).

Maryam hidupnya lebih bermakna dengan menjadi relawan. Pengalaman demi pengalaman bernilai pun sudah di rasakan. Salah satu pengalaman tidak terlupakan diakui Maryam saat bertemu dengan para preman di daerah Lombok pada waktu bencana gempa Lombok.

Saat itu, para preman pun tergerak hatinya untuk menjadi relawan membantu logistik. Mereka terinspirasi oleh sosok Maryam dan memilih menjadi relawan serta meninggalkan kehidupan preman.

Pengalaman yang masih diingat ketika bertugas menjadi tim SAR gabungan evakuasi korban kecelakaan pesawat Lion Air. Tidak hanya membuat terharu, tugasnya cukup berat karena Tim SAR menjadi harapan banyak orang. “Tugas kami adalah menemukan jenazah korban. Saat itu ada keluarga korban yang sudah menunggu,” ungkapnya.

Dukungan orang tua dan anak-anak adalah semangat terbesar Maryam saat tugas ke lokasi bencana. Selain bertugas di ranah kebencanaan, Maryam mencari nafkah dengan berjualan daring.

Maryam pernah juga membantu tim Mobile Social Rescue ACT dalam mendampingi pasien pra sejahtera yang membutuhkan bantuan medis. “Sebisa mungkin kita membantu. Jalani hidup seperti air mengalir. Begitulah rezeki relawan, jangan takut tidak makan bila menjadi relawan,” pungkas Maryam. (*)