KKP

Kastara.ID, Jakarta – Di tengah keterbatasan akibat pandemi Covid-19, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong kesejahteraan masyarakat. Salah satunya yaitu mendukung masyarakat untuk membuat usaha-usaha baru di bidang perikanan seperti jasa alat tangkap tuna handline dan olahan ikan.

Guna melengkapi masyarakat dengan kapabilitas yang dibutuhkan, KKP melalui Balai Pusat Pelatihan dan Penyuluhan (BPPP) Bitung menggelar “Pelatihan Membuat Alat Tangkap Tuna Handline” pada Senin (9/11). Sementara itu, BPPP Banyuwangi juga menggelar “Pelatihan Diversifikasi Olahan Ikan bagi Masyarakat” pada Senin-Selasa (9-10/11).

Pelatihan membuat alat tangkap tuna handline yang dilakukan secara daring diikuti oleh 73 peserta dari 27 provinsi di seluruh Indonesia. Sementara pelatihan diversifikasi olahan ikan diikuti oleh 140 peserta yang terbagi di 6 kabupaten yaitu Kab. Situbondo (Jawa Timur), Kab. Gresik (Jawa Timur), Kab. Trenggalek (Jawa Timur), Kab. Tulungagung (Jawa Timur), Kota Banjarbaru (Kalimantan Selatan), dan Kab. Kapuas (Kalimantan Tengah).

Dalam kesempatan ini, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja mengajak agar para peserta tak hanya belajar untuk membuat alat tangkap dan olahan untuk kalangan sendiri, namun berani membangun usaha di bidang terkait.

“Membuat saja tidak cukup. Kita harus menciptakan alumni pelatihan ini menjadi startup-startup, pelaku usaha yang baru,” ujar Sjarief.

Dalam bidang alat tangkap tuna handline, ia mendorong agar para peserta menjadi pelaku usaha baru yang menyediakan jasa pembuatan alat pancing. Untuk itu, ia meminta BP3 Bitung sebagai fasilitator untuk melengkapi para peserta dengan informasi mengenai akses untuk mendapatkan bahan baku beserta dengan perhitungan ekonominya.

“Misalnya hook, senar, alat pemutarnya beli di mana dan sebagainya. Dengan begitu, mereka bisa hitung materialnya satu set ditambah biaya tenaga kerjanya itu berapa dan pantasnya dijual berapa. Nah, perhitungan ekonomi ini juga harus disampaikan,” tuturnya.

Sjarief menyebut, usaha alat pancing tuna handline memiliki potensi besar. Pasalnya, alat tangkap sederhana ini umumnya tidak memiliki umur yang panjang sehingga kebutuhan jasa reparasinya akan terus-menerus dibutuhkan.

Potensi ini terutama berlaku di wilayah-wilayah sekitar Sulawesi Utara, Maluku Utara, Teluk Tomini yang merupakan wilayah migrasi ikan tuna, tongkol, dan cakalang (TTC). Hal ini menjadikannya daerah yang sangat potensial bagi masyarakat setempat, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk komoditas ekspor.

Sementara dalam pelatihan diversifikasi olasan ikan, para peserta diberikan ilmu dan keterampilan untuk membuat berbagai olahan ikan seperti othosimi, cireng, mie, dan dumpling ikan.

Dalam pelatihan ini, para peserta dilengkapi berbagai pengetahuan untuk membangun usaha olahan ikan. Mulai dari cara memilih bahan baku segar, menyediakan sarpras yang memenuhi standar higienis Kemenkes dan BPOM, cara mengemas produk agar menarik, hingga cara mengurus perizinan produk untuk dipasarkan.

Guna mendorong pertukaran ekonomi yang mendukung para pelaku usaha baru ini ke depannya, Sjarief mengusulkan agar mereka menekuni salah satu dari jenis menu tersebut dan membentuk kelompok-kelompok usaha.

“Jangan semua bikin empat jenisnya. Misalnya 30 orang membuat otoshimi, 30 orang membuat cireng, 30 orang membuat mie ikan, dan 30 orang membuat dumpling. Nanti, kita bisa saling bertukar produk untuk berjualan di wilayahnya masing-masing,” jelas Sjarief.

“Dengan begitu, kita ada pertukaran ekonomi yang terjadi,” tambahnya.

Sejalan dengan itu, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Lilly Aprilya Pregiwati, menyampaikan bahwa KKP menyediakan akses modal bagi para peserta yang ingin membangun maupun mengembangkan usahanya.

“KKP menyediakan bantuan permodalan dari Badan Layanan Umum-Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU-LPMUKP). Silakan diakses dengan bunga hanya 3% per tahun. Sangat murah. Dengan demikian, para alumni pelatihan akan menjadi pengusaha-pengusaha baru di bidang perikanan,” ucapnya.

Kepala Dinas Perikanan Kab. Situbondo, Sopan Efendi, mewakili para kepala dinas yang hadir menyatakan dukungannya terhadap pelatihan ini. Ia beharap, kegiatan ini bisa mendorong masyarakat untuk membuat olahan ikan yang lebih beragam dan inovatif, baik untuk sajian menu keluarga sehari-hari maupun untuk usaha ekonomi keluarga.

“Dengan demikian, diharapkan kesejahteraan ekonomi keluarga perikanan turut meningkat dan nantinya konsumsi ikan di masyarakat juga terus meningkat,” pungkasnya. (wepe)