Headline

Komodo, Waerebo, Enchanting Labuan Bajo (Bagian Ketiga)

Kastara.id, Jakarta – Gaya  Gubernur NTT yang terkesan hiperbola dalam menggambarkan keindahan alam NTT faktanya bukan isapan jempol belaka. Setidaknya, itulah yang diakui Eleonore Derichecour, wisatawan asal kota Lyon, Prancis. Sambil mengatur sisa napas usai menapaki puncak tertinggi Pulau Padar. Ia tak bisa banyak berkata-kata selain ungkapan kagum semacam “wow” atau “fantastique” akan indahnya lanskap yang tersaji dari atas.

Memang tak banyak wisatawan yang bersikeras naik hingga titik tertinggi pulau yang baru dalam tiga tahun terakhir ini view-nya sangat instragramable. Wajarlah momentum langka ini dimanfaatkan gadis ini dengan habis-habisan mengabadikannya lewat kamera ponsel miliknya. Terutama dengan menggunakan aplikasi Panorama 360 untuk memotret view laut sekeliling Pulau Padar dalam satu frame.

Eleonore, bersama saudaranya, memilih beriwisata selama kurang lebih sepekan di Labuan Bajo dan sekitarnya berdasarkan informasi yang didapatnya dari teman. Ia ingin menghabiskan waktu untuk menjelajah pulau-pulau yang banyak memiliki pantai indah. Baginya sejak mula, daya tarik utama tentu saja Komodo. Namun, setelah ia menjelajah beberapa lokasi ternyata, “la beauté naturelle est incroyable, fantastique (keindahan alam di sini luar biasa, fantastis).”

Fantastiknya Pulau Padar juga menyihir Mhen Paang, warga Labuan Bajo yang ikut terlibat dalam Tim Riset Branding Destinasi Kementerian Pariwisata. Meski ia tinggal di Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat, dan juga adalah putra asli Flores asal Manggarai Timur, ke Pulau Padar ternyata baru kali pertama. Mhen sedikit pun tak terlihat malu, kalau selama ini ia ibarat katak dalam tempurung. Sebaliknya, berbagai pose, dari selfie hingga wefie, ia lakukan. Mhen benar-benar tersihir indahnya Padar.

Tak cuma Puncak Padar yang penuh nafsu dicumbunya, bersama sejumlah rekan dari Jakarta, ia juga menjajal beberapa spot snorkling. Paket wisata sehari penuh mereka habiskan untuk singgah di laut-laut dangkal sekitar gugusan Kepulauan Komodo. Andaikan kulit mereka kebal  akan rasa gatal yang disebabkan tersentuh benang ubur-ubur, barangkali hingga matahari terbenam pun tak masalah untuk terus main air. Apalagi satu spot belum sempat dikunjungi, Manta Point.

Ganasnya Komodo

Tentunya, selain memuaskan mata di Pulau Padar dan bermain air, menyapa Komodo di Pulau Rinca menjadi syarat mutlak bahwa sudah pernah berwisata ke Labuan Bajo. Populasi Komodo hanya sekitar 2.000 ekor tersebar di Pulau Komodo dan Pulau Rinca.  Tapi, bagi wisatawan yang ingin langsung bertemu dengan hewan langka ini, disarankan untuk ke Pulau Rinca. Di pulau ini, hewan ganas itu suka bergerombol di sebuah rumah yang merupakan dapur dari Pos Taman Nasional Komodo (TNK).

Rupanya, si kadal raksasa ini menyukai apa-apa yang berbau anyir, terutama darah. Dulu pernah, cerita Erjun, Ranger di TNK Pulau Rinca, ada Komodo yang mengikuti seorang turis perempuan. “Saya tanya turis itu, ternyata ia sedang datang bulan. Langsung saya suruh ia ke tempat yang aman kembali ke kapal. Penciuman Komodo sangat tajam terhadap darah,” jelas Erjun yang selalu sigap dengan tongkat bercabangnya menghalau gerak gerik Komodo.

Wisatawan dipersilakan bebas mengambil foto Komodo dari berbagai angle sepanjang dalam pengawasan Ranger. Perlu diingat, Komodo adalah hewan buas yang tidak kenal rasa takut seperti kebanyakan hewan lain. Termasuk terhadap manusia, dia tak peduli, tak mengganggu dan tak merasa terganggu. Kecuali bila mencium amis, hati-hati!

Banyak keunikan lain dari hewan yang menurut legenda setempat adalah saudara kandung manusia penghuni Pulau Komodo. Semisal, Komodo akan menjaga telur-telurnya dari ancaman predator lain. Namun, saat telur menetas, ia malah memangsa anak-anaknya sendiri. Sejak bayi, Komodo sudah berlatih survive dari serangan induknya sendiri. Tidak ada hewan lain yang berperilaku seperti itu.

Dari sekian fakta Komodo ini, pertanyaannya adalah sebelum ditetapkan sebagai the New Seven Wonders pada pertengahan 2012 lalu, Komodo ada di mana? Pertanyaan ini ternyata cukup menggelitik Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula. “Kita tidak tahu mengapa Komodo hanya ada di sini. Pasti Tuhan punya alasan mengapa menciptakan ini,” ujarnya.

The Famous Waerebo

Bertualang ke Pulau Flores memang akan banyak ditingkahi oleh keliaran. Termasuk gigitan berpuluh lintah di kaki wisatawan saat berkunjung ke Desa Adat Waerebo yang terkenal itu. Terutama saat berkunjung di musim penghujan akhir tahun. Tapi jangan salah, bisa saja bagi wisatawan mancanegara, gigitan lintah itu malah yang mereka cari dalam perjalanan wisata alam liar.

Perjalanan berkendara dengan mobil atau motor diawali dari Labuan Bajo menuju ke timur lewat jalan raya lintas Flores. Setelah sekitar tiga jam perjalanan, ada belokan ke kiri keluar dari jalan raya. Mulai situ hingga empat jam ke depan, perjalanan melewati kawasan hutan lindung, lalu menyisir pantai, memasuki hutan lindung lagi, hingga akhirnya tiba di batas akhir jalan yang bisa dilewati dengan berkendara.

Menariknya, saat melalui pesisir pantai selatan Pulau Flores. Bila biasanya pantai identik dengan pesisirnya yang penuh hamparan pasir, maka di sana yang ditemui adalah pantai bebatuan, mulai dari tebing  karang, hingga hamparan kerikil di sepanjang pesisir. Nuansa purbakala sangat kental terasa.

Pemandangan hutan lindung perawan tak kalah mengundang decak. Adrenalin pun terpacu saat mobil harus melalui jalan yang satu sisinya tebing dan sisi lainnya jurang. Setelah melewati sejumlah  desa, termasuk Desa Adat Todo yang arsitektur rumahnya memiliki kemiripan dengan Mbaru Niang yang ada di Waerebo, perjalanan berkendara berakhir di Desa Denge.

Petualangan berikutnya menuju Waerebo dilanjutkan dengan trekking sekitar tiga jam. Curah hujan daerah pegunungan di sana tergolong tinggi, jadilah hujan lebat kerap menyiram langkah kaki sepanjang naik turun bukit. Perlu fisik prima melalui jalur becek sejauh 9,5 kilometer naik turun bukit yang harus ditempuh layaknya rute pendakian gunung.

Tak soal berjam-jam perjalanan dilalui, atau tak peduli seberapa banyak keringat mengucur, atau perih kaki akibat isapan lintah, saat mata sudah menangkap tujuh kerucut atap Mbaru Niang Desa Waerebo, semua terbayar. Mbaru Niang adalah rumah adat unik berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dan tinggi sekitar 15 meter. Udara pegunungan yang luar biasa sejuk, berpadu serasi dengan keramahan penduduk desa menyambut tamu di Rumah Gendang (rumah utama dari tujuh Mbaru Niang).

Sangat pantas Desa Waerebo menjadi sebegitu terkenal di kalangan para palancong. Padahal, Waerebo, juga Pulau Padar, dan yang pasti Sang Naga Komodo, hanyalah secuil dari sekian banyak penampakan surga yang ada di Flores.

“Tolong tambahkan bentuk gambar rumah adat dalam brand ini. Terserah bentuknya seperti apa, yang penting jangan ketinggalan untuk memasukkan unsur kekuatan budaya dalam kepariwisataan Labuan Bajo, Flores, atau NTT secara keseluruhan,” komentar Bupati Manggarai Barat untuk brand destinasi wisata wilayahnya, Enchanting Labuan Bajo… Labuan Bajo yang Menawan. (nad)

Baca: Secuil Surga Flores Yang Menakjubkan (Bagian Pertama)
Baca juga: NTT Bukan ‘Nanti Tuhan Tolong’, Tapi ‘New Tourism Territory’ (Bagian Kedua)

Leave a Comment

Recent Posts

99 Elemen Masuk Barisan di KBBI Siap Menangkan Imam Budi Hartono di Pilkada Depok

Kastara.Id,Bogor - Puluhan elemen atau relawan warga Kota Depok terhimpun dalam Keluarga Besar Bang Imam…

Selamat Ginting: Salim Said Bagai Kamus Berjalan Soal Politik dan Militer

Kastara.id,Jakarta - Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan sosok almarhum Prof…

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…

55 Anggota PPK Depok di Lantik Dan Langsung Berkerja Untuk Pilkada Serentak 2024

Kastara.Id,Depok - Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat secara  resmi melantik…

Pencabutan dan Pembatalan Surat Pernyataan Sikap

Kastara.Id,Depok - Berdasarkan  Nomor  015/BSS/PS/V-2024 TANGGAL 14 MEI 2024.  Seluruh jajaran pengurus Perkumpulan Barisan Supian…