Masker

Kastara.ID, Jakarta – Pemerintah tidak merekomendasikan lembaga pendidikan, khususnya jenjang pendidikan usia dini hingga sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiyah (MI) membuka kembali pembelajaran tatap muka tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020.

“Saran saya, sejak awal SD dan TK adalah jenjang pendidikan yang paling akhir dibuka,” kata Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono dalam disikusi secara daring bertajuk “Tata Kehidupan Jejaring (Gotong Royong dan Empati) dalam Menghadapi Covid-19” di Jakarta, Jumat (12/6).

Agus Sartono menjelaskan, peserta didik jenjang anak usia dini, taman kanak-kanak (TK) hingga SD/MI merupakan kelompok yang paling rentan tertular wabah Covid-19, karena pengendalian penerapan protokol kesehatan di kalangan mereka tidak mudah.

“Misalnya saja, anak-anak SD itu kalau bergerombol yang satu bersin, pulang-pulang sudah ketularan semua,” ungkap Deputi Kemenko PMK.

Karena itu, menurut Agus Sartono, jenjang pendidikan usia dini dan dasar perlu menerapkan kehati-hatian yang tinggi untuk memutuskan membuka kembali pembelajaran tatap muka, kendati sekolah berada di zona hijau.

“Kita ingin benar-benar melindungi anak sebagai generasi ke depan. Kita tidak membayangkan jika anak-anak SD dan PAUD terinfeksi, tidak mungkin mereka isolasi mandiri karena tentu orang tuanya harus ikut,” kata dia.

Jenjang pendidikan lainnya, yakni SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMA dan Madrasah Aliyah (MA), hingga perguruan tinggi, menurut dia, juga tidak boleh memutuskan secara sepihak untuk membuka pembelajaran tatap muka sebelum berkonsultasi dengan gugus tugas wilayah setempat.

“Harus konsultasi dengan Gugus Tugas Covid-19 daerah, tidak bisa sekolah menentukan sendiri. Kalau kita ceroboh, bisa jadi akan muncul klaster baru,” kata dia.

Agus Sartono mengakui bahwa belakangan ini mulai banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa pembelajaran secara dalam jaringan (daring) tidak efektif. Meski demikian, ia berharap mereka bisa bersabar karena kesehatan anak lebih utama dibanding aspek lainnya.

“Orang tua, saya mohon betul bersabar dan mengutamakan kesehatan anak. Terlambat 1 semester tidak masalah jika dibandingkan kalau buah hati kita terpapar,” katanya.

Seperti diketahui, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 pada Mei lalu sudah menetapkan ada sekitar 102 daerah yang masuk kategori zona hijau karena jumlah kasus dan tingkat penularan Covid-19 dalam dua minggu terakhir minim kasus. Namun, dua hari lalu, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 menyatakan dari 102 daerah tinggal 92 yang masuk zona hijau, selebihnya masih masuk zona oranye, zona kuning dan zona merah. (ant)