Kastara.ID, Jakarta – Di tengah gempuran genre film horor di bioskop-bioskop, Visinema hadir dengan genre action yang menampilkan aksi spektakuler, sentuhan teror yang menegangkan, visual yang imersif yang menambah pengalaman seru, mencekam dan menegangkan bagi penonton.

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film “13 Bom di Jakarta” yang tayang serentak di bioskop di seluruh Indonesia pada 28 Desember 2023 ini menghadirkan Rio Dewanto sebagai tokoh utama yang berperan sebagai Arok.

Arok adalah pemimpin teroris yang menebar teror dengan meledakkan bom setiap 8 jam.

Rio Dewanto yang memerankan Arok merasa tertantang dengan karakternya tersebut yang menurutnya menjadi suatu pencapaian tersendiri bagi karirnya.

Dalam film “13 Bom di Jakarta” ini sosok teroris Arok tidak ditampilkan sebagai mana penampilan salah satu umat beragama, karena alasan Arok dalam melakukan teror pun bukan karena faktor agama namun karena ketidakadilan yang dihadapinya terhadap pemerintah.

Tindakan korupsi, kapitalisme serta ketimpangan yang terjadi di masyarakat akibat pemerintah yang tidak bersikap adil terhadap rakyatnya yang membuat Arok melakukan tindakan teror sebagai aksi balas dendamnya.

Film dibuka dengan adegan keramaian lalu lintas Ibukota seperti biasanya.

Namun keramaian yang seperti biasa terpaksa dihentakkan dengan adanya aksi bom yang meledak di salah satu kendaraan yang membawa sejumlah uang.

Aksi bom yang juga melukai sejumlah petugas aparat negara ini awalnya dicurigai sebagai aksi perampokan, namun ternyata uang yang ada tidak dibawa melainkan dibiarkan berserakan dan dijarah oleh masyarakat yang melihat kejadian tersebut.

Tidak berhenti di satu bom saja, ternyata bom berikutnya sudah menanti bahkan hingga 13 bom telah ditempatkan di beberapa titik di Ibukota.

Aksi teror yang dilakukan kawanan Arok ini tentu saja membuat masyarakat resah dan para pejabat yang berwenang dalam hal ini Badan Kontra Terorisme Indonesia (ICTA) menjadi geram.

ICTA yang dipimpin oleh Damaskus yang diperankan oleh Rukman Rosadi turun tangan untuk menangani aksi teror tersebut. Damaskus pun menugaskan Karin (diperankan oleh Putri Ayudya) dan Emil (diperankan oleh Ganindra Bimo) untuk menyelidiki aksi teror tersebut dan menangkap siapa dalangnya

Penyelidikan yang dilakukan membawa hasil adanya keterlibatan orang dalam yang mendukung aksi teror Arok dan rekan-rekannya, apalagi setelah Arok dapat membobol sistem siber ICTA dan meminta tebusan berupa transaksi bitcoin melalui perusahaan Indodax yaitu perusahaan start up mata uang digital milik duo William (diperankan Ardhitto Pramono) dan Oscar (Chicco Kurniawan).

Kedua pendiri perusahaan inipun lantas dicurigai sebagai mata-mata atau terlibat dalam aksi teror Arok. Apa boleh buat, keduanya tidak mempunyai pilihan lain selain menyetujui untuk membantu ICTA dalam membongkar aksi Arok.

Di beberapa adegan terdapat aksi-aksi laga, baku tembak yang dilakukan yang membuat tegang penonton.

Aksi teror bom tersebut mengingatkan kembali akan aksi teror bom yang pernah terjadi di beberapa kota di Indonesia, salah satunya di Jakarta dan Bali.

Tentu saja aksi teror bom tersebut tidak dapat dibenarkan mengingat banyak korban dari warga sipil yang menanggung akibatnya.

Begitu juga dengan aksi teror Arok yang kian lama mengakibatkan warga sipil yang membuat salah satu rekannya menentang.

Namun sayangnya, aksi balas dendam yang dilakukan Arok sudah membutakan semua hingga membuat Arok tidak mempedulikan pendapat rekannya sendiri yang berujung baku tembak.

Secara keseluruhan, film “13 Bom di Jakarta” mampu menyuguhkan adegan yang menghibur dengan adegan laga dan juga permainan visual imersif yang menyegarkan pemandangan.

Harapan saya film dengan genre seperti ini juga ke depannya akan lebih banyak lagi menghiasi perfilman Indonesia, apalagi didukung dengan akting para pemainnya yang tidak diragukan lagi. (nad)