Coronafobia

Oleh: Jaya Suprana

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyebut virus Corona sebagai virus China. Trump berdalih balas dendam terhadap tuduhan China bahwa pembawa virus Corona ke China adalah para serdadu Amerika Serikat yang ikut berlaga pada Olimpiade Militer di China pada tahun 2019. Namun sebenarnya tidak hanya Donald Trump seorang diri saja yang baper terhanyut Sinofobia alias fobia terhadap etnis China akibat Coronafobia. Para penderita Sinofobia akibat Coronafobia tidak peduli fakta bahwa tidak semua penderita penyakit saluran pernafasan akibat Covid-19 beretnis China.

Buddha Tertawa
Pada ujung akhir Januari 2020 di Bandara Soekarno Hatta, mendadak para pendatang yang sedang antre di loket imigrasi heboh karena sekelompok turis dari RRC datang mau ikut antre. Alhasil antrean di mana saya kebetulan ikut berada langsung bubar demi menjauhkan diri dari kelompok turis RRC yang baru saja datang.

Mendadak saya ikut terpapar Sinofobia sebab terbukti ikut ketakutan berdekatan dengan para turis RRC yang sebenarnya belum tentu menderita penyakit saluran pernafasan akibat virus Corona. Namun di sisi lain juga tidak bisa dijamin mereka bukan penderita penyakit saluran pernafasan akibat virus Corona sebab memang ada yang batuk-batuk tanpa pakai masker. Maka saya ikut baper terhanyut ke dalam arus mereka yang fobia berdekatan dengan para turis China untuk menghindar lalu pindah ke jalur antrean bebas turis China.

Namun setelah para pengantre melihat mata sipit saya masih ditambah kepala gundul dan perut buncit yang memang mirip Ji Lay Hud alias Buddha Tertawa dari China, maka satu persatu mereka yang semula berada di baris antrean bersama saya, diam-diam memindahkan diri masing-masing ke baris antrean lain yang bebas turis China maupun bebas saya yang memang agak mirip Buddha Tertawa dari China.

Globalisasi Rasisme
Alhasil saya malah diuntungkan sebab tidak ada orang lain di baris antrean saya dan tampaknya petugas imigrasi juga tidak ingin terlalu lama berdekatan dengan saya maka mempercepat pelayanan terhadap saya. Namun di sisi lain, fakta kenyataan memang membuktikan secara tidak bisa disangkal bahwa wabah virus China eh Corona yang telah mengglobal ternyata juga mengglobalkan Sinofobia.

Saya pribadi merupakan saksi hidup tentang Sinofobia akibat Coronafobia karena ikut menjadi korban. Tidak peduli bahwa saya warga Indonesia yang dilahirkan di Indonesia dan pemegang paspor Indonesia akibat memang secara biologis tampak sebagai keturunan etnis China. Maka saya tidak berhasil mengelak dari nasib menjadi korban Sinofobia akibat Coronafobia. (*)

* Penulis adalah warga Indonesia sempat menjadi korban globalisasi Coronafobia.