Perppu Ormas

Kastara.id, Jakarta – Tunggakan biaya sewa di 23 Rusunawa di hingga Rp 32 miliar adalah bukti bahwa penggusuran warga dan memaksa mereka pindah ke berbagai rusun yang ada di Jakarta tidak membuat kehidupan warga menjadi lebih baik. Tunggakan ini juga menunjukkan kegagalan Pemprov DKI Jakarta memberdayakan ekonomi warga rusun yang mayoritas adalah korban gusuran yang bukan hanya kehilangan rumah tetapi juga mata pencaharian.

“Kalau punya penghasilan, warga tidak mungkin akan menunggak. Mereka itu bukan hanya kehilangan rumah, tetapi juga mata pencaharian. Padahal dulu ‘alasan mulia’ menggusur dan memindahkan warga ke rusun adalah agar kehidupan warga lebih baik, tetapi nyatanya sebaliknya. Mereka harus dibantu bukan dihardik,” ujar Senator Jakarta Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (15/8).

Fahira mengungkapkan, penunggakan sewa rusun akan menjadi bom waktu yang pasti akan meledak akibat ketidakseriusan Pemprov DKI mengeksekusi program-program pemberdayaan ekonomi warga rusun. Dirinya juga pesimis Gubernur DKI Jakarta saat ini dan jajarannya punya terobosan konkret dan komprehensif untuk menyelesaikan persoalan penunggakan ini. Oleh karena itu, Fahira berharap Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih yang akan dilantik Oktober 2017 mendatang menjadikan pemberdayaan ekonomi warga rusun sebagai salah satu prioritas kerjanya.

“Salah satu solusi konkretnya adalah jadikan rusun-rusun di Jakarta terutama yang mayoritas diisi warga korban gusuran sebagai sebagai sentra-sentra ekonomi kreatif (ekraf). Kenapa ekraf, karena selain padat karya juga menyerap banyak tenaga kerja serta punya pangsa pasar. Memang sudah ada satu dua rusun yang ekonomi warganya diberdayakan, tetapi jauh dari maksimal,” kata Fahira yang juga Wakil Ketua Komite III DPD yang membidangi sektor ekonomi kreatif ini.

Menjadikan rusun sebagai sentra kreatif harus komprehensif dan berkelanjutan yaitu dimulai dari melatih warga rusun untuk menjadi orang-orang kreatif, kemudian dukung mereka dengan berbagai sumber daya, pembiayaan, pemasaran dan teknologi. Satu lagi yang juga sangat penting segera direalisasikan adalah kelembagaan insan-insan kreatif di semua rusun.

“Jadi ciptakan dulu insan-insan kreatif di rusun-rusun karena ini inti dari ekonomi kreatif. Jika sudah kreatif mereka akan mencari jenis usaha yang sesuai dengan kemampuan, kapasitas, dan kondisi mereka. Kemudian bantu pembiayaan yang dikuatkan dengan pemasaran dan dukungan teknologi. Kalau ini berjalan baik, mereka bukan hanya mampu membayar sewa rusun tetapi menjadi pengusaha-pengusaha baru,” ujar Fahira. (dwi)