Pilpres 2024

Kastara.ID, Jakarta – Saat Rakernas Partai Gerindra di Sentul, Prabowo Subianto memuji Nahdlatul Ulama (NU) setinggi langit.

“Pujian itu dinilai sebagai sinyal bahwa Prabowo akan menggandeng kader NU sebagai cawapresnya. Sinyal tersebut kemudian dikaitkan kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa,” ungkap M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, kepada Kastara.ID, Senin (15/8) pagi

Kalau Cak Imin, jelas Jamil, tampaknya kecil dijadikan cawapresnya Prabowo. Sebab, kalau Cak Imin yang diinginkan Prabowo, tentunya sinyal itu akan disampaikan langsung kepadanya saat Rakernas di Sentul.

“Lagi pula, hubungan PBNU dengan Cak Imin lagi disharmonis. Karena itu, pujian kepada NU, tampaknya bukan difokuskan kepada Cak Imin,” imbuh Jamil.

Sinyal tersebut justru lebih besar ditujukan kepada Khofifah. Sebab, Khofifah bagian dari NU dan sangat diterima PBNU dan Gusdurian.

“Selain itu, menggandeng Khofifah sebagai cawapres akan lebih bermanfaat bagi Prabowo. Khofifah dengan dukungan basis massa yang besar di Jawa Timur, akan dapat membantu mengerek elektabilitas Prabowo,” imbuh Jamil.

Hal itu diperlukan Prabowo, karena pada Pilpres 2014 dan 2019 Prabowo kalah di Jawa Timur. Dengan menjadikan Khofifah sebagai cawapresnya, peluang Prabowo menang di Jawa Timur akan besar.

“Lagi pula, ketika Prabowo berkunjung ke Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, Ketua Umum Partai Gerindra ini sengaja menemui Khofifah. Bisa jadi, pertemuan tersebut membuat Prabowo terpikat untuk menggandeng Prabowo,” tandasnya.

Atas pertimbangan tersebut, tampaknya sinyal memuji NU tampaknya lebih ditujukan kepada Khofifah daripada Cak Imin. Sebab, dari kalkulasi politik, Prabowo lebih diuntungkan bila menjadikan Khofifah sebagai cawapresnya.

“Selain itu, Prabowo dalam Rakernas di Sentul juga memuji Presiden Joko Widodo setinggi langit. Kesannya, pujian Prabowo itu terlalu lebay,” jelasnya.

Menurut pengamat yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta Ini, pujian berlebihan itu juga menjadi sinyal ada kemungkinan Prabowo akan menggandeng Jokowi sebagai cawapresnya. Indikasinya, dalam kesepakatan Gerindra dan PKB salah satunya disebutkan cawapresnya Prabowo harus disetujui kedua partai.

Tampaknya kedua partai tidak akan sulit bersepakat bila Jokowi menjadi cawapresnya Prabowo. Sebab, baik Prabowo maupun Cak Imin sangat loyal kepada Jokowi.

Cak Imin bahkan tokoh yang gencar mengusulkan agar Jokowi diberi tambahan tiga tahun lagi memimpin Indonesia. Usulan tersebut membuktikan bahwa cak Imin memang sangat menginginkan Jokowi tetap memimpin Indonesia.

Indikasi lainnya, ada relawan yang masih gigih menginginkan Prabowo-Jokowi menjadi pasangan capres pada Pilpres 2024. Mereka ini tampak begitu yakin keinginannya akan terwujud.

“Jadi, tidak menutup kemungkinan Prabowo memang menginginkan Jokowi sebagai cawapresnya. Bahkan koalisi Gerindra-PKB bisa jadi sengaja dirancang untuk mengusung Prabowo-Jokowi,” katanya.

Menurut Jamil, spekulasi itu tentunya akan terjawab setelah Prabowo memiliki cawapres. Untuk itu, biarlah waktunya yang menjawabnya. (dwi)