Papua

Kastara.ID, Jakarta – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adriana Elizabeth menjelaskan, dalam penyelesain konflik Papua harus membentuk team work untuk menuju perdamaian yang permanen. Menurutnya, penyelesain konflik bukan dengan dialog dan juga bukan solusinya.

Adriana menambahkan, dialog ini adalah membentuk sebuah pendekatan. Lalu menyelesaikan masalah konflik tentu tidak sama dan perlu menyatukan perspektif sehingga terbentuk tim.
“Kita harus membentuk team work untuk menuju perdamaian permanen,” kata Adriana saat webinar bedah buku karya anak asli Papua yang digelar Moya Institute berjudul “Kita Semua Ingin Hidup Damai” (14/9).

Selama ini, LIPI telah melakukan riset dan penelitian soal konflik di Papua. Penelitian LIPI dilakukan selama 4 tahun yaitu di tahun 1992 dan juga dilakukan 2004 yang didanai oleh pemerintah. Hasilnya kata dia, sama.

“Selama ini di Papua menyelesaikan konflik dengan syarat tradisional. Dan juga butuh dialog dan bentuk demokrasi lokal Papua. Jadi, permasalahan di Papua tidak bisa digeneralisasi,” katanya.

Ia menambahkan, banyak tradisi di Papua dalam berdialog secara adat seperti tradisi Bakar Batu. Yaitu merupakan salah satu tradisi Papua yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi. Kenapa kita tidak lakukan tradisi seperti ini.

Bahkan, Presiden Jokowi dengan tokoh Papua menyebut dialog sektoral. Jokowi tegas, dirinya tidak mau kalau dialog tentang merdeka. Tentunya, untuk menuju jalan damai dengan dialog dan mendengar semua pihak.

Dikatakannya, sejarah hukum internasional sudah jelas hitam putih Papua bagian dari Indonesia.
“Tidak ada yang sama menyelesaikan konflik. Tapi kita harus membangun dan membentuk team work. Sebagai upaya yang mengarah pada perdamaian di Papua yang tercinta,” tandasnya. (*)