Dimulainya pembangunan Kota Peruri ditandai dengan penanaman pohon oleh Direktur Utama Peruri, Dwina Septiani Wijaya; Wakil Menteri BUMN I, Kartika Wirjoatmodjo dan Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin.

Kota Peruri akan menjadi wajah baru dengan mengusung konsep pembangunan yang tidak masif melalui low density dan low rise development, serta tetap membawa pelestarian nilai-nilai cagar budaya di antara konsep bangunan modern.

Dwina mengatakan, hadirnya Kota Peruri bakal mengangkat kembali spirit Kebayoran Baru sebagai Garden City. Dia menjelaskan, Kota Peruri mengusung empat prinsip perencanaan yaitu inklusif, dinamis, otentik, dan adaptive-reuse (menggunakan bangunan eksisting untuk fungsi yang baru).

“Ini lahan di pusat kota luasnya 5,4 hektare memiliki nilai histori yang besar. Jadi yang tadinya full area pabrik kurang lebih satu hektare atau 20 persennya didedikasikan bagi kota Jakarta. Ini menjadi suatu hal yang akan dinikmati bukan hanya untuk kepentingan internal Peruri, tapi juga publik,” ujar Dwina, Ahad (15/10).

Dia menyampaikan, Kota Peruri memiliki lokasi yang sangat strategis dikelilingi dengan beberapa fasilitas transportasi publik di antaranya Terminal Bus Blok M, Halte Bus Transjakarta, dan Stasiun MRT, sehingga menjadikan kawasan ini masuk ke dalam kawasan Transit Oriented Development (TOD).

“Perkembangan dari pada area Blok M sendiri mengalami perubahan yang sangat besar dengan adanya MRT dan sebagainya menjadikan ini kawasan TOD. Jadi bisa dibilang ini kawasan yang sangat strategis dan memiliki nilai sejarah dan heritage yang tinggi,” urai Dwina.

Untuk diketahui, Kota Peruri ke depannya akan menjadi pusat aktivitas yang mendorong pengunjungnya untuk menggunakan transportasi publik guna mendukung pengurangan emisi.

Kota Peruri merupakan sebuah kawasan terintegrasi yang terdiri dari tujuh zona aktivitas yaitu Peruri Office, Heritage Fine Dining and RestoUrban ParkArt and Creative GalleryFood and BeverageMICE, dan Commercial Office.

Salah satu zona yang terdapat di Kota Peruri adalah Urban Park atau yang disebut Taman Kota Peruri untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta Selatan.

Taman Kota Peruri menyumbang sebagian besar ruang terbuka hijau dengan total keseluruhan seluas 1,08 hektar yang akan menjadi salah satu sumber penghijauan di tengah Jakarta Selatan.

“Kami akan menjadikan eks kawasan industri ini area penghijauan serta wadah yang lebih luas bagi kegiatan kreatif warga kota Jakarta. Tidak seperti proyek pembangunan umumnya yang kita baru dapat melihatnya setelah jadi, kami melibatkan para stakeholder dalam prosesnya sejak awal melalui pemanfaatan area publik secara bertahap,” tandas Dwina. (hop)