Terbakar

Kastara.ID, Jakarta – Pengamat ekonomi dan pertambangan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menduga ada unsur kesengajaan dalam peristiwa kebakaran kilang minyak milik PT Pertamina, terutama yang terjadi Cilacap. Hal itu menurut Fahmy terlihat dari kebakaran yang terjadi secara beruntun.

Saat memberikan keterangan (14/11), Fahmy menyebut unsur kesengajaan dalam peristiwa kebakaran kilang minyak dilakukan untuk meningkatkan kuota impor minyak. Fahmy menuturkank kebakaran beruntun kilang minyak Cilacap semakin menguatkan indikasi adanya unsur kesengajaan dari pihak tertentu. Tujuan adalah peningkatan volume impor pasca kebakaran yang menjadi lahan pemburuan rente.

Fahmy menambahkan, kebakaran yang terjadi beberapa kali juga memperlihatkan Pertamina telah mengabaikan keamanan kilang. Terlebih kebakaran yang terjadi bukan hanya menyebabkan persediaan minyak dalam kilang habis tapi juga mengancam keselamatan warga sekitar. Seharusnya Pertamina menggunakan sistem pengamanan kilang berstandar internasional.

Fahmy menuturkan, peristiwa kebakaran yang terjadi menyebabkan biaya impor bahan bakar minyak (BBM) meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada paruh pertama tahun ini impor BBM mencapai 6,18 miliar dolar AS. Jumlah itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 4,18 miliar dolar AS. Kenaikan tersebut disinyalir sebagai akibat lonjakan harga minyak dunia.

Kebakaran kilang minyak juga berdampak pada kinerja keuangan Pertamina pada 2021 yang diperkirakan bakal semakin memburuk. Itulah sebabnya perusahaan minyak plat merah itu harus berkomitmen pada keamanan seluruh aset penting, terutama kilang dan tangki minyak. Pertamina menurut Fahmy wajib menerapkan sistem keamanan berlapis sesuai standar internasional. Sistem pengamanan juga harus diaudit secara berkala oleh lembaga yang kompeten, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan lembaga independen.

Sebelumnya pada Sabtu (13/11) lalu, kilang minyak Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah terbakar. Peristiwa yang terjadi pada pukul 19.10 WIB itu menimpa tangki 36T-102 yang berisi komponen produk Pertalite sebanyak 31.000 kiloliter. Kejadian serupa juga terjadi pada 11 Juni 2021. Saat itu kebakaran melanda tangki T39 dan meludeskan isi tangki berupa produk benzana sebanyak 1.100 barel atau sepertiga dari isi normal tangki sebanyak 3.000 barel.

Pada 29 Maret 2021, kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat juga mengalami kebakaran. Dibutuhkan waktu dua hari untuk memadamkan api yang membakar tangki E, F, G, dan H dari 71 tangki di Kilang Balongan. Kerugian yang dialami Pertamina akibat kejadian itu mencapai 400.000 barel. (ant)