Terbakar

Kastara.ID, Jakarta – Pakar petir Institut Teknologi Bandung (ITB) Syarif Hidayat meragukan pernyataan yang menyebut kebakaran kilang minyak milik PT Pertamina disebabkan oleh sambaran petir. Syarif tidak yakin sambaran petir bisa merusak bahkan sampai melubangi tangki minyak Pertamina yang selanjutnya mengakibatkan kebakaran.

Pernyataan tersebut disampaikan Syarif menanggapi kesimpulan hasil investigasi Pertamina atas dugaan penyebab kebakaran di kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, pada 29 Maret 2021 lalu. Syarif mengatakan badan tangki yang cukup tebal menjadikannya tidak mungkin bolong akibat sambaran petir.

Saat memberikan pernyataan, seperti dikutip dari tempo.co, Selasa (16/11), dosen Fakultas Teknik Elektro dan Informatika ITB itu menuturkan berdasarkan penelitian yang digunakan sebagai standar internasional, tebal logam tangki kilang minyak lebih dari 4,85 milimeter. Syarif yakin dengan logam setebal itu, sambaran petir tidak akan sanggup melelehkan atau melubangi tangki.

Namun jika ternyata benar-benar akibat petir, Syarif menyatakan harus dilakukan uji dengan sungguh-sungguh. Hal ini untuk menghindari terjadinya kekeliruan.

Syarif menduga terjadinya kerusakan badan tangki terjadi karena usia yang sudah tua dan mengakibatkan karat, korosi, baut yang longgar atau bolong akibat dibor untuk kebutuhan tertentu. Hal-hal tersebut menurut Syarif bisa menjadi segitiga api. Kondisi ini merujuk pada faktor kebakaran dari bahan bakar, oksigen, dan panas yang bisa berasal dari percikan api kecil.

Sementara itu terkait kebakaran kilang minyak PT Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (13/11) lalu, pihak kepolisian menduga akibat sambaran petir. Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan dalam keterangannya di Mabes Polri, Jakarta (15/11) menyatakan dugaan tersebut berdasarkan keterangan saksi yang diperkuat hasil rekaman kamera CCTV.

Ramadhan menyebut terdapat dua rekaman CCTV di sekitar lokasi yang memperlihatkan kilatan cahaya atau petir di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 19.10 WIB. Keterangan dari saksi menyatakan kebakaran terjadi tak lama setelah terjadi sambatan petir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menurut Ramadhan juga memberikan pendapat serupa. BMKG mengatakan pada hari tersebut ada dua titik petir dengan jarak 45 kilometer dan 12 kilometer.

Meskipun demikian Ramadhan menegaskan, pihak kepolisian masih terus mendalami penyebab kebakaran kilang minyak Pertamina. Masih dibutuhkan keterangan ahli untuk mengetahui bagaimana petir bisa menimbulkan induksi di sekitar lokasi.

Sebelumnya pada Sabtu (13/11), kilang minyak Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah terbakar. Peristiwa yang terjadi pada pukul 19.10 WIB itu menimpa tangki 36T-102 yang berisi komponen produk Pertalite sebanyak 31.000 kiloliter. Kejadian serupa juga terjadi pada 11 Juni 2021. Saat itu kebakaran melanda tangki T39 dan meludeskan isi tangki berupa produk benzana sebanyak 1.100 barel atau sepertiga dari isi normal tangki sebanyak 3.000 barel.

Pada 29 Maret 2021, kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat juga mengalami kebakaran. Dibutuhkan waktu 2 hari untuk memadamkan api yang membakar tangki E, F, G, dan H dari 71 tangki di Kilang Balongan. Kerugian yang dialami Pertamina akibat kejadian itu mencapai 400.000 barel. (ant)