Jusuf Kalla

Kastara.ID, Jakarta – Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ternyata tidak sepenuhnya percaya kepasa Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengaku ingin dikritik. Keinginan Jokowi yang disampaikan pada acara Ombudsman terkesan hanya basa-basi semata. Pria yang akrab disapa JK itu tidak percaya itikad baik Jokowi.

Hal itu disampaikan pengamat politik M Rizal Fadillah, saat berbicara kepada Kantor Berita Politik RMOL (15/2). Rizal menyebut, jika tokoh sekelas JK sudah tidak percaya, artinya kepercayaan publik terhadap Jokowi dan pemerintah sudah semakin luntur. Publik tidak yakin Jokowi benar-benar ingin dikritik tanpa harus berurusan dengan aparat keamanan.

Terkait Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Rizal menyebut serupa dengan UU Anti Subversi yang ada di era Orde Baru. Bahkan menurut Rizal kini masyarakat lebih terkepung dengan penafsiran luas UU Anti Diskriminasi, UU Kekarantinaan Kesehatan, hingga KUHP tentang penghasutan.

Menurut Rizal, saat ini kritik dapat dibiaskan dengan hate speech atau ujaran kebencian, hoaks, penghasutan, bahkan makar. Hal inilah yang membuat pernyataan Jokowi tidak mudah untuk diterima sebagai goodwill perubahan sikap pemerintah terhadap demokrasi di Indonesia.

Rizal berpendapat, demokrasi di Indonesia masih terkendala, terkendali, bahkan terpimpin. Civil society masih jauh dari harapan. Superioritas penguasa masih bisa terlihat dengan jelas.

Rizal menuturkan, harus ada perubahan paradigma penegak hukum. Kritik akan menjadi terbuka jika UU ITE dihapus atau direvisi ke arah yang lebih demokratis dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

Tanpa ada perubahan, keterbukaan kritik menurut Rizal hanya omong kosong. Rakyat sudah terlanjur tidak percaya. Tokoh seperti JK sangat faham karakter Jokowi dan lingkaran elitenya. (ant)