Haji 2019
Kastara.ID, Madinah – Pengelolaan data dan informasi status kesehatan seluruh jemaah haji Indonesia membutuhkan sistem informasi yang mumpuni. Oleh karenanya Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) sejak 2010.
Siskohatkes dibangun untuk mengelola semua data kesehatan yang berkaitan dengan jemaah haji dan layanan kesehatan yang diberikan. Data status kesehatan jemaah haji sudah diinput sejak proses pemeriksaan kesehatan tahap pertama di tanah air untuk penentuan kategori risiko tinggi kesehatan. Pendataan jemaah ini juga terus dilakukan selama jemaah melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi bahkan terus dipantau hingga sekembalinya ke Indonesia.
“Fungsinya untuk menampung semua data layanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Arab Saudi yang datanya mulai diambil dari waktu di Indonesia hingga nanti pulang ke Indonesia lagi,” ujar T.B. Margono, PJ Siskohatkes Daker Madinah, saat ditemui di KKHI Madinah (17/7).
Di samping pendataan, Siskohatkes juga digunakan untuk memantau riwayat kesehatan jemaah haji. Data-data yang sudah dimasukkan dari tanah air dapat dimanfaatkan oleh siapapun khususnya tenaga kesehatan yang berkepentingan. Selama di Arab Saudi, data status kesehatan dimanfaatkan oleh petugas kesehatan terutama ketika ingin memberikan layanan kepada jemaah, baik itu di kloter maupun di fasilitas kesehatan seperti Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Dengan mengetahui riwayat penyakit pasien, maka tenaga kesehatan dapat mendiagnosis penyakit dengan tepat dan memberikan layanan sesuai kebutuhan.
Informasi yang tersedia dalam Siskohatkes tidak hanya tentang jemaah haji, tapi tersedia pula informasi mengenai layanan kesehatan yang diberikan. Ada data-data jumlah jemaah haji yang tengah dilayani di fasilitas kesehatan, baik itu rawat jalan, rawat inap, yang dirujuk ke fasilitas kesehatan lain dan data jumlah kematian. Data ini diperoleh dari layanan pada KKHI Madinah dan Makkah, Rumah SakitĀ  Arab Saudi, tim kesehatan bergerak di bandara dan Tim Gerak Cepat yang memberikan layanan emergensi di lapangan. Data lain yang diinput dan dilaporkan ialah kunjungan/visitasi yang dilakukan TKHI di kloter atau di KKHI.
Semenjak 2018, Siskohatkes terhubung dengan Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH). Pada KKJH terdapat akses data dan informasi melalui pemindaian barcode (kode batang) dan QR code. Dengan aplikasi Siskohatkes yang terpasang di perangkat telepon seluler, tenaga kesehatan dapat mengakses data-data kesehatan yang terintegrasi dengan Siskohat milik Kemenag. Sebuah inovasi yang sangat membantu para penggunanya untuk memonitor seluruh jemaah haji.
Data terbaru yang dihimpun dari Siskohatkes per tanggal 17 Juli 2019, pukul 16.00 waktu setempat, jumlah jemaah sakit sebanyak 263 orang. 211 jemaah diantaranya dirawat inap di KKHI Madinah dan 52 di RS Arab Saudi. Saat ini yang masih dalam perawatan KKHI Madinah sebanyak 21 orang, sedangkan di RS Arab Saudi sebanyak 35 orang. Sementara jemaah yang wafat berjumlah 7 orang. Lima diantaranya wafat di RS Arab Saudi, dua lagi dalam perjalanan. Angka ini masih di bawah angka tahun sebelumnya. Tahun 2018, jemaah wafat pada hari ke-11 operasional haji sebanyak 13 orang. (put)