Moeldoko

Kastara.ID, Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan, Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dibuat demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ia meyakini UU Cipta Kerja dapat mengubah wajah Indonesia menjadi lebih bermartabat dan memiliki daya saing di dunia.

“Wajah baru Indonesia adalah wajah rakyat. Wajah bahagia dimana kita punya harga diri, punya martabat. Rakyat yang mempunyai daya saing, punya peluang dan karir, serta punya masa depan,” jelas Moeldoko dalam keterangannya, Ahad (18/9).

“Mau diajak bahagia saja kok susah amat!” sambungnya.

Menurut Moeldoko, banyak masyarakat yang menilai kehadiran UU Cipta Kerja dianggap merugikan. Padahal, lanjut mantan Panglima TNI ini, UU Cipta Kerja justru menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

“Kita mengupayakan adanya jaminan lebih baik tentang pekerjaan, jaminan pendapatan lebih baik, dan jaminan lebih baik bidang sosial. Itu poin yang penting,” tuturnya.

Moeldoko juga menyoroti antusiasnya masyarakat mendaftarkan diri sebagai peserta Kartu PraKerja. Hingga kini, setidaknya ada 33 juta orang yang mendaftar. Hal ini, kata dia, menunjukkan besarnya kebutuhan lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini.

Karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berinovasi menghadirkan UU Cipta Kerja untuk memudahkan pelaku UKM dan koperasi membuka usaha. Melalui UU ini, proses perizinan disederhanakan jadi lebih mudah dan tak lagi berbelit-belit.

“Jadi jangan buru buru komplain berlebihan padahal belum memahami penuh, isi dan substansi dari versi terakhir UU Cipta Kerja ini,” tegasnya.

Selain itu, Moeldoko melihat banyak tokoh yang belum memahami betul substansi dari undang-undang ini, namun sudah terburu-buru menolak. Padahal, yang dibutuhkan saat ini adalah sebuah persatuan.

“Mereka menyampaikan keberatan isi substansi dari undang-undang yang mungkin itu konsep sebelum disahkan. UU Cipta Kerja ini bukan untuk menyingkirkan pemikiran tertentu,” ucapnya.

Moeldoko mengakui langkah pemerintah memang memunculkan risiko dan perdebatan di kalangan masyarakat. Kendati begitu, dia menyampaikan Presiden Jokowi lebih memilih mengambil risiko menciptakan terobosan baru agar Indonesia lebih maju.

“Presiden Jokowi memilih untuk tidak takut mengambil risiko. Mengambil jalan terjal dan menanjak,” tukasnya. (ant)