Kastara.id, Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengajak ribuan santri di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, makan ikan bersama di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Sebanyak 7.000 santri terlibat di dalam acara makan ikan bareng Menteri Susi ini. Tak hanya dari Ponpes Tebuireng, ribuan santri dari sejumlah pesantren di Kecamatan Diwek, Jombang, juga turut serta dalam agenda ini.

Para santri ini menyantap ikan jenis makarel. Setidaknya, sebanyak 1,6 ton ikan makarel telah disiapkan pihak ponpes yang didirikan KH Hasyim Asy’ari ini. Acara makan ikan bareng ini juga memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).

“Santri harus gemar makan ikan. Laut kita luas, ikan kita juga banyak. Jangan hanya makan daging ayam atau sapi saja. Apalagi daging impor, harganya mahal,” kata Menteri Susi di hadapan ribuan santri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jatim, Jumat (18/11).

Menteri Susi menjelaskan, konsumsi ikan masyarakat Indonesia hanya 46 kilogram per kapita pertahunnya. Sementara, di Jawa bagian tengah yang tidak memiliki laut, jumlahnya jauh lebih rendah yakni 16 kilogram per kapita pertahunnya. “Maka itu, selain memberikan bantuan ikan, kami akan kerja sama dengan pesantren untuk mengembangkan budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok,” ujarnya.

Menteri perempuan yang terkenal nyentrik ini menuturkan, pihaknya sengaja memilih pondok pesantren sebagai partner dalam meningkatkan produktifitas ikan di Indonesia. Diharapkan, dalam waktu yang singkat Indonesia swasembada ikan bisa terwujud. “Kenapa kita pilih pondok pesantren, karena pesantren adalah agent of change. Pondok pesantren menjadi motor penggerak untuk meningkatkan produksi ikan. Minimal, kesempatan santri makan ikan bisa tiap hari. Masak negara laut sebesar ini anak-anaknya kuntet,” katanya.

Sementara itu, pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang KH Salahuddin Wahid menyambut baik kerja sama tersebut. Menurutnya, itu sesuai dengan rencana pondok pesantren untuk ikut masuk dan mewarnai dalam dunia bisnis. “Saya rasa ini sangat baik ya. Karena selain meningkatkan produktifitas ikan, jika nanti besar akan bisa menjadi bisnis. Karena pesantren bisa melakukan ekspor ikan lele ke negara-negara lain,” kata Gus Sholah. (npm)