Silat Cingkrik

Kastara.ID, Jakarta – Silat Cingkrik sangat masyur bagi masyarakat Betawi. Konon, Silat Cingkrik sudah ada sejak tahun 1920-an. Sejumlah sumber menyebutkan, gerakan-gerakan dalam Silat Cingkrik terinspirasi dari gerak-gerik seekor monyet.

Wakil Ketua Bidang Pelestarian dan Pengembangan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Yahya Andi Saputra mengatakan, berdasarkan cerita tutur kelahiran Silat Cingkrik tidak terlepas dari cerita permaisuri Kerajaan Padjajaran yang mengasingkan diri ke hutan.

“Saat di hutan, permaisuri itu memperhatikan gerak-gerik binatang, teruma ular, macan, dan monyet. Termasuk ketika hewan-hewan itu menyerang mangsa. Itulah yang menjadi rujukan gerakan Silat Cingkrik,” ujar Yahya (18/3).

Yahya menjelaskan, secara etimoligis Cingkrik berasal dari kata cicingkrikan, jingke atau jinjit. Gerakannya mirip orang menari karena dilakukan sambil berjinjit.

“Kalau jurus Cingkrik itu seperti tarian tapi mematikan, lentur tapi memiliki kekuatan. Aliran silat Cingkrik pertama kali diperkenalkan di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat, dan salah satu pendekar yang terkenal menguasai Cingkrik adalah Pitung,” terangnya.

Silat Cingkrik, sambungnya, memiliki 12 jurus dasar dan tiga jurus sambut. Jurus dasar itu meliputi Keset Bacok, Keset Gedor, Cingkrik, Langkah Tiga, Langkah Empat, Buka Satu, Saup, Macan, Tiktuk, Singa, Lokbe, dan Longok.

“Gerakan gabungan kedua belas jurus tersebut dinamakan Bongbang, yang kerap dipertontonkan dalam pertunjukan atau atraksi beladiri,” tuturnya.

Ia menambahkan, hingga saat ini terdapat dua aliran Silat Cingkrik yang banyak dipelajari. Kedua aliran itu yakni, Cingkrik Goning dan Cingkrik Sinan.

Cikrik Goning diperkenalkan oleh Engkong Goning. Pria bernama asli Anin Bin Urim tersebut lahir tahun 1895 dan wafat pada 1975 atau di saat berumur 80 tahun. Engkong Goning merupakan salah seorang pejuang dari tanah Betawi, tepatnya di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Sementara, aliran silat Cingkrik Sinan dikembangkan Engkong Sinan yang mendirikan perguruan Cingkrik di kawasan Condet, Lebak Bulus, dan Rawamangun.

“Langkah dan gerakan seperti kuda-kuda dan gerakan tangan dalam Cingkrik Goning lebih melebar. Sedangkan, dalam Cingkrik Sinan pendek-pendek atau tidak terlalu lebar,” tandasnya. (hop)