Virus Corona

Oleh: Jaya Suprana

DEMI mampu berjaya menaklukkan pageblug Corona, umat manusia di planet bumi bersatu padu demi saling membantu.

Saling Tuduh
Kuba membantu Italia, Jerman membantu Spanyol, Vietnam membantu Laos, India membantu dunia dengan kebudayaan namaste sampai ayurveda, RRC mengirimkan obat-obatan dan APD ke seluruh penjuru dunia, meski Indonesia sibuk memerangi Corona di dalam negeri sendiri namun masih sempatĀ  mengirimkan sumbangsih pertolongan bagi para korban gempa bumi di Fiji.

Lain halnya dengan Republik Rakyat China dan Amerika Serikat. Dua negara yang sebelum Corona sudah tidak terlalu akur itu malah akibat Corona makin lebih tidak akur lagi. AS dan RRC saling menuduh sebagai biang keladi penyebab malapetaka wabah Covid-19 yang memporakporandakan marcapada. Donald Trump menuduh virus Corona berasal dari pasar tradisional penyaji daging kelelawar di Wuhan, sementara Xi Yingping menuduh virus Corona dibawa delegasi olahragawan USA yang berkunjung ke Olimpiade Tentara di Wuhan.

Pompeo
Menteri Dalam Negeri AS Mike Pompeo sesumbar memiliki cukup banyak bukti bahwa virus Corona berasal dari sebuah laboratorium peneliti mikrobiologi di Wuhan tanpa membeberkan satu bukti pun yang dimiliki. Sementara pemerintah China menghujat Pompeo sebagai orang sinting melakukan diplomasi virus. Kementerian Keuangan AS mengancam akan menyandera surat berharga China di AS sampai pemerintah China mengakui dosa mereka menyebar virus Corona ke seluruh dunia termasuk AS. Pemerintah China mengusulkan sebuah investasi internasional terhadap kegagalan AS membendung pageblug Corona di dalam negeri AS sendiri.

Sementara Donald Trump menuding China curang melancarkan serangan menghancurkan ekonomi AS dengan strategi merusak sistem ketenagakerjaan AS. Sebaliknya China meyakini AS curang sebab sudah putus-asa tidak mampu bersaing ekonomi secara sehat.

Putus Hubungan
Dipandang dengan lensa politik kekuasaan di dalam negeri masing-masing, Xi lebih diuntungkan ketimbang Trump. Posisi Xi di dalam negerinya sendiri relatif lebih aman ketimbang posisi Trump di dalam negerinya sendiri. Xi tidak terancam pemilihan umum, sementara Trump terpaksa menghadapi ancaman pilpres pada tahun ini juga apabila tidak ditunda akibat Corona.

Maka Trump nekad menggelorakan semangat permusuhan terhadap China sebagai kampanye pilpres agar dirinya terpilih kembali menjadi Presiden akibat meyakini bahwa mayoritas warga USA setuju dengan politik bermusuhan dengan China yang sebenarnya tidak menyelesaikan prahara Corona di dalam negeri USA dengan jumlah korban nyawa terbanyak di planet bumi ini. Sesuatu keyakinan yang sangat riskan di suasana serba tidak menentu yang mustahil bisa diperhitungkan apalagi diyakini pasti benar pada masa pageblug Corona sedang merajalela. Namun tampaknya Trump sudah sedemikian kewalahan sehingga bahkan mata-gelap melontarkan ancaman bahwa Amerika Serikat akan memutus hubungan dengan China apabila China tidak mau mengaku dan bertanggung-jawab sebagai biang-keladi pageblug virus Corona! (*)

* Penulis adalah pembelajar geopolitik yang mendambakan persatuan umat manusia demi bersatu melawan Corona.