Kain Songket

Kastara.ID, Jakarta – Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengumumkan secara resmi kain songket sebagai warisan budaya tak benda asal Malaysia. Hal ini diputuskan dalam sidang sesi ke-16 Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, 13-18 Desember 2021. Selanjutnya keputusan tersebut dimuat di laman resmi UNESCO.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Sri Lanka untuk UNESCO, Punchi Nilame Megaswatte. Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan negara pihak, organisasi non-pemerintah, lembaga budaya dan pemangku kepentingan lainnya.

Dikutip dari laman resmi UNESCO (19/12) disebutkan, “Penamaan songket mengacu pada teknik tenun dekoratif yang digunakan untuk membuat kain, yang menggunakan teknik penyisipan benang emas atau perak di antara benang dasar. Akibatnya, benang lainnya turut memberikan warna latar belakang anyaman yang lebih berwarna sehingga menciptakan efek ornament.”

Sebelumnya Malaysia diketahui mengklaim kain songket sebagai warisan budaya mereka. Bahkan sejak Maret 2020, Negara Jiran itu sudah mengajukan klaim tersebut ke UNESCO. Selanjutnya dalam keputusan UNESCO disebutkan bahwa songket adalah kain tenun tangan tradisional yang dibuat oleh wanita di Semenanjung Malaya dan Serawak yang tak lain adalah negara Malaysia.

Sejatinya secara budaya kain songket adalah pakaian tradisional etnis melayu di empat negara, yakni Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dalam sebuah penelitian, Susan Rodgers, Anne Summerfield, dan John Summerfield mengaitkan kain songket dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikuatkan dengan fakta sampai sampai saat ini kain songket masih digunakan oleh masyarakat Palembang dan etnis Melayu pada umumnya.

Istilah songket mengacu pada teknik tenun dekoratif yang saat membuat kain tersebut. Beberapa pihak menyebut kata “songket” berasal dari “songsong” dan “teket” yang artinya songsong dan sulam. Hal ini mengacu pada metode pembuatan tenunan songket, yakni dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun kemudian menyelipkan benang emas. Metode tersebut menciptakan efek ornamen seolah melayang pada kain songket.

Teknik menenun semacam itu sudah ada sejak abad ke-16. Selanjutya diturunkan dari generasi ke generasi. Gaya songket dapat dikenali dari pola desain yang menggunakan bentuk geometris dan elemen organik, seperti bunga, burung, dan serangga.

Kain songket secara tradisional hanya dikenakan oleh bangsawan dan keluarga mereka. Namun, saat ini kain songket digunakan oleh orang Melayu sebagai pakaian upacara tradisional. Biasanya dikenakan saat acara seperti pernikahan, kelahiran, acara perayaan dan resmi negara. (ant)