Kastara.id.Jakarta—Sejumlah tokoh hadiri Haul Bung Karno ke 47 yang berlangsung di gedung MPR. Haul yang ditandai dengan peluncuran buku ‘ Bung Karno, Islam dan Pancasila’ itu dihadiri di antaranya Presiden ke 5 yang juga putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Zulkifli Hasan dan Ketua DPD Oesman Sapta. Juga hadir Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat, mantan Ketua MK Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, Mendagri Tjahjo Kumolo, serta pimpinan fraksi di MPR RI.

Dalam bukunya ‘Bung Karno, Islam dan Pancaaila’ itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR Ahmad Basarah mengibaratkan golongan Islam dan golongan nasionalisme sebagai rel kereta api. Keduanya harus berdampingan dengan kokoh dan seimbang.

”Jika salah satu relnya patah, maka bukan hanya kereta api yang berada di atasnya tidak dapat mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan. Akibat fatalnya adalah kereta api itu akan terjungkal dan mencelakakan para penumpang yang ada di dalamnya. Kalau Islam dan nasionalisme dipisahkan atau diadu-domba maka hancurlah Indonesia,” kata Ahmad Basarah dalam sambutan yang diberi judul “Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya” sebagai rangkaian Haul Bung Karno ke-47 dan peluncuran buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (21/6).

Menurut Ahmad Basarah, Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unsur keislaman dan nasionalisme adalah laksana dua rel kereta api. “Jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan dapat mengantarkan negara kesatuan Republik Indonesia dengan segenap rakyatnya yang majemuk, baik dari aspek agama, suku, etnis dan antar-golongan akan sampai pada tujuan bernegaranya. Yaitu, tatanan masyarakat yang subur makmur dan adil serta bahagia lahir bathin (Baldatun Thayyibatum Wa Rabbun Ghafur),” ujarnya.

Basarah menambahkan, bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah diwariskan oleh para pendiri negara sebuah dasar dan ideologi negara yang kualitasnya telah melampaui ideologi bangsa-bangsa lain di dunia. “Sebagai sebuah bangsa yang besar kita patut bersyukur karena telah diwariskan oleh para pendiri negara sebuah dasar dan ideologi negara yang kualitasnya telah melampaui ideologi bangsa-bangsa lain di dunia. Pancasila lebih baik dari Manifesto Komunis karena punya sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila lebih baik dari paham liberalisme/kapitalisme karena punya sila keadilan sosial dan Pancasila juga lebih baik dari sistem khilafah karena punya sila persatuan Indonesia,” katanya.

Buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” materi substansinya sebagian besar diambil dari disertasi doktor Ahmad Basarah pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dengan judul disertasi “Eksistensi Pancasila Sebagai Tolok Ukur dalam Pengujian UU terhadap UUD 1945 di Mahkamah Konstitusi: Kajian Perspektif Filsafat Hukum dan Ketatanegaraan” yang dipertahankan dalam sidang terbuka ujian doktoral pada 10 Desember 2016.

“Semoga hadirnya buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila akan memberikan manfaat dan dapat menjadi jembatan pemikiran antara pandangan golongan Islam dan golongan nasionalis dalam menghadapi dan menyikapi perubahan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat Indonesia saat ini,” ujar Ahmad Basarah. (arya)