Coronafobia

Oleh: Jaya Suprana

ALKISAH Prabu Salya yang semula bernama Narasoma sebagai titisan Sumantri memperoleh kesaktian ajimat Candra Birawa secara tidak etis dari mertuanya Resi Bagaspati sebagai titisan Sukrasana yang merupakan titisan Batara Dharma. Mohon dimaafkan, agar naskah ini relevan dengan peristiwa masa kini maka saya memberanikan diri lancang mengganti nama Candra Birawa menjadi Corona Birawa.

CORONA BIRAWA
Menurut Wayang Purwa, Corona Birawa berupa sesosok virus yang apabila dibunuh langsung membelah diri menjadi 2 lalu menjadi 4 lalu 16 lalu 256 lalu 65.536 lalu dst, dst, tanpa kenal batas henti. Makin dibunuh, secara deret-kuadrat makin bertambah banyak jumlahnya. Maka setelah Narasoma yang kemudian menjadi Prabu Salya dengan kesaktian Corona Borawa tidak terkalahkan oleh siapa pun juga (meski Corona Birawa sempat dilumpuhkan oleh Destrarastra yang dengan aji Lebur Geni membakar virus Corona Birawa sehingga tidak mampu melipat-gandakan diri).

Ketika Bharatayuda meledak, Prabu Salya sebenarnya ingin berpihak ke Pandawa di mana Nakula-Sadewa adalah putra kembar Dewi Madrim, adinda Prabu Salya. Namun atas akal muslihat siapa lagi jika bukan Sengkuni akhirnya Prabu Salya malah terjebak menjadi berpihak ke Kurawa. Setelah di padang Kurusetra, Karna terbunuh oleh Arjuna yang termasuk akibat Prabu Salya sebagai kusir kereta kencana Karna diam-diam membantu Arjuna yang dikusiri Kresna, Kurawa kehabisan tokoh yang bisa diandalkan untuk mengalahkan Pandawa.

Yudistira
Maka Suyudana sebagai putra sulung Gendari permaisuri Destrarastra memohon Prabu Salya untuk menghabisi Pandawa di padang Kurusetra. Kresna sadar bahwa Prabu Salya dengan kesaktian virus Corona Birawa hanya bisa dikalahkan oleh seorang yang bersanubari bersih dan sabar yaitu Yudistira. Maka Yudistira yang enggan berperang demi tidak membinasakan sesama manusia dipaksa oleh Kresna maju ke Kurusetra untuk berhadapan dengan Prabu Salya.

Ternyata dengan mantra Jamus Kalimasada, Yudistira yang sama dengan Sukrasana dan Resi Bagaspati merupakan titisan Batara Dharma berhasil menumpas balalaskar virus Corona Birawa. Kemudian Yudistira yang sama sekali tidak ingin membunuh Prabu Salya sebagai paman-tiri Yudistira serta paman Nakula-Sadewa meluncurkan sebuah anak panah ke arah permukaan bumi. Namun anak panah itu malah melesat ke atas menewaskan Prabu Salya sebagai dampak kualatisme terhadap mertuanya, Resi Bagaspati yang ikhlas menyerahkan ajimat Corona eh Candra Birawa kepada sang menantu yang tega menghina sang mertua.

Kebersihan dan Kesabaran
Beberapa hikmah bisa dipetik dari kisah Yudistira berhasil menumpas Candra Birawa antara lain sebaiknya yang merasa kuat ojo dumeh maka jangan menghina yang dianggap lemah. Juga hikmah kesadaran bahwa sebaiknya angkara murka pageblug virus Corona dihadapi dengan kebersihan lahir-batin demi meningkatkan imun alias daya tahan tubuh jangan sampai tertular Covid-19. Di samping sabar menanti ditemukannya mantra Jamus Kalimusada sebagai vaksin yang mampu mencegah angkara murka Covid-19 menyerang manusia. Baik kebersihan dan kesabaran sangat perlu didukung dengan doa memohon perlindungan Yang Maha Welas Asih. AMIN. (*)

* Penulis adalah pembelajar kearifan tradisional Wayang Purwa.