Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu

Kastara.ID, Jakarta – 22 Juni merupakan hari perayaan terbesar bagi masyarakat Jakarta. Di tanggal itu ditetapkan sebagai peringatan hari lahir Kota Jakarta, yang saat ini masih menjadi ibukota negara Indonesia.

Berbicara dengan ibukota, tentunya kemajuan dan modernitas yang terlintas dipikiran kita semua. Jakarta yang dikelilingi oleh banyaknya gedung pencakar langit, masyarakat yang stylish, bahkan teknologi tercanggih dan terbaru pun pasti ada di ibukota. 

Hal yang disebutkan di atas memang benar adanya. Namun, jika melihat lebih dalam dan jauh sisi Jakarta, tentunya akan menemukan sisi gelap Jakarta. Benar, Kepulauan Seribu yang merupakan satu-satunya kabupaten administrasi yang ada di Jakarta, masih berada jauh dari perkembangan kemajuan dibanding lima wilayah lainnya yang ada di Jakarta.

Ketua Umum Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu Fithri Farhana mengatakan, jika permasalahan di pulau dipaparkan satu persatu, tentunya akan memakan banyak waktu dan tulisan. Sebut saja secara garis besar permasalahan yang ada di Kepulauan Seribu.

Membahas permasalahan transportasi menuju Kepulauan Seribu tentunya tidak akan ada habisnya. Masyarakat Kepulauan Seribu belum dapat mendapatkan haknya untuk mendapatkan transportasi publik yang aman, nyaman, murah, dan mudah untuk dinikmati semua kalangan masyarakat Pulau Seribu. Mengapa bisa disebut demikian?

Jika di daratan Jakarta bisa menikmati layanan Transjakarta dengan biaya 3500 rupiah untuk berkeliling Jakarta, di Kepulauan Seribu tidak ada moda transportasi yang semurah itu. Untuk ke kota, masyarakat Kepulauan Seribu harus mengeluarkan uang sebesar 50.000-120.000 rupiah. Adapun kapal subsidi yang disediakan oleh pemprov dengan biaya yang lebih murah yaitu 28.000 rupiah, akan tetapi kapasitas yang disediakan sangat sedikit, sekitar 5-17 orang untuk setiap pulaunya. Itupun masyarakat harus antre mulai pukul dua dini hari jika ingin mendapatkan tiket murah tersebut, terlebih kapal subsidi pemprov tersebut seringkali mengalami trouble dan isunya sering juga kehabisan bahan bakar.

Bahkan jika masyarakat Kepulauan Seribu ingin ke pusat kabupaten, mereka harus mengocek mulai dari 150.000-300.000 rupiah untuk menyewa kapal agar bisa sampai ke pusat kabupaten. Tentu ini merupakan gap yang sangat perlu diperhatikan bagi pejabat terkait untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Jika lima wilayah kota lain di Jakarta memiliki suku dinas pemuda guna meningkatkan dan mengembangkan potensi kaum mudanya, anak muda Kepulauan Seribu justru bagaikan anak yang ditelantarkan orang tuanya, tidak diperdulikan tumbuh kembangnya dan dibiarkan berkelana tak tentu arah.

Jika dilihat dari segi kapasitas kecerdasan, masyarakat Kepulauan Seribu tak kalah cerdas dengan masyarakat kota Jakarta lainnya. Apalagi anak pulau selalu makan ikan segar setiap harinya, tentu sangat mampu bersaing dengan anak-anak kota. Akan tetapi, jika dari segi mental dan kepercayaan diri, anak Kepulauan Seribu cukup jauh tertinggal dari anak kota Jakarta lainnya, hal ini dikarenakan anak muda pulau kurang diasah dengan bimbingan dan pembinaan dari pihak-pihak terkait.

Banyak pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah di Kepulauan Seribu. Akan tetapi pembangunan tersebut bisa dikatakan hanya sekadar dibangun tanpa memperhatikan kebermanfaatan dan kemudahan bagi masyarakat. Jika diambil contoh yaitu pembangunan dermaga Pulau Untung Jawa, yang harusnya bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat, akan tetapi justru pembangunan dermaga tersebut tidak ramah bagi kaum disabilitas dan lansia. Selain itu, ada contoh lain seperti pembangunan lokasi Pasar Jaya pun tidak berada di lokasi yang strategis, letaknya di seberang pulau tak berpenduduk dan jauh dari pemukiman warga. Beruntungya, ada layanan jemput bola yang ditawarkan oleh Pasar Jaya.

Permasalahan di atas hanya sebagian kecil yang disebutkan dari banyak total permasalahan yang ada di Kepulauan Seribu. Fithri Farhana selaku pemuda Kepulauan Seribu mengatakan agar pemerintah dapat menyediakan transportasi (antar pulau dan menuju daratan Jakarta) dengan biaya murah dan mudah didapatkan oleh semua masyarakat pulau, diperbaikinya dermaga-dernaga pembantu (Dermaga Rawasaban) yang melayani rute ke Kepulauan Seribu, dibentuknya Suku Dinas Kepemudaan guna mendukung pemberdayaan dan pembinaan pemuda di Kepulauan Seribu sehingga mampu berkompetisi dan berdaya saing dengan pemuda lain di tingkat provinsi maupun nasional, serta perlunya pertimbangan yang matang dengan melihat aspek-aspek jangka panjang dari segi kebermanfaatan, kemudahan bagi masyarakat terkait pembangunan infrastruktur di Kepulauan Seribu. 

Fithri Farhana menegaskan, intinya pemerintah harus memperjuangkan hak dan kebutuhan masyarakat pulau agar setara dengan masyarakat yang ada di kota. “Kepulauan Seribu itu masih bagian dari Jakarta, pemerintah jangan inklusif dengan masyarakat. Dalam melakukan pembangunan di Kepulauan Seribu, pemerintah harus sering berkolaborasi dan melibatkan masyarakat Kepulauan Seribu dari seluruh lapisan. Sehingga pembangunan yang ada di Kepulauan Seribu memang benar-benar berlandaskan pada pendekatan bottom up atau sesuai dengan keresahan dan kebutuhan masyarakat,” tandasnya.

Fithri menyampaikan selamat atas perayaan Hari Ulang Tahun ke 495 Kota Jakarta. Semoga Jakarta, terutama Kepulauan Seribu dapat mengalami perubahan dan kemajuan di usia barunya Jakarta saat ini. (hop)