Sharjah

Oleh: M. Ishom El Saha

KRISIS peradaban ditandai dengan terjadinya Krisis kepercayaan. Hal itu jauh-jauh hari sudah diingatkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya. Diriwayatkan dari Zaid b. Tsabit, Rasulullah SAW bersabda: “pertama yang akan lenyap dari (peradaban) manusia adalah amanah (tanggung jawab). Sedangkan terakhir yang tersisa dalam peradaban mereka ialah shalat. Banyak orang sholat tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari Allah SWT” (HR Imam al-Hakim dan Turmizdi).

Sebelum abad ke-15, pendahulu kita selalu disambut hangat oleh bangsa-bangsa lain di manapun. Para saudagar sangat senang jika dagangan mereka diangkut dalam ekspedisi pelayaran dan perdagangan yang dikelola umat Islam.

Perdagangan dan jalur perdagangan dikuasai umat Islam sebab mereka dikenal amanah dan bertanggung jawab. Islam bukan saja disegani dari segi politik kekuasaan tetapi juga ekonomi dan pasar dunia dengan pelaku usaha muslim yang amanah dan syahbandar di jalur perdagangan global yang bertanggung jawab.

Akan tetapi, sejarah itu menjadi pudar dan peradaban dunia tak lagi milik umat Islam seiring dengan menipisnya sifat amanah dan tanggung jawab umat Islam. Hal ini seperti diramalkan Rasulullah SAW dalam haditsnya: “Yang pertama lenyap dari peradaban manusia adalah “menjaga amanah”.

Anehnya umat Islam sekarang tak kunjung bangkit dari krisis amanah itu. Kita asyik memoles citra dan tampilan. Sampai shalat pun dibuat pencitraan dan penampilan. Shalat dengan kaki mengangkang, sedekap tangan membusungkan dada, hingga sujud merangkak mengangkangi sof telah dibuat sebagai pencitraan orang saleh yang taat.

Tapi sayangnya selesai shalat tidak mau menyapa dan bersalaman dengan saudara di sebelah kanan kirinya. Hingga orang yang masuk masjid pun diteror “tidak mengikuti Sunnah Nabi” padahal mereka juga beriman dan menjalankan ibadah.

Kondisi ini persis dengan yang diprediksikan dalam hadits Rasulullah SAW bahwa “Yang akan tetap eksis dari peradaban manusia adalah sholat, akan tetapi sholat yang dikerjakan tidak berbekas pada peradaban manusia.” (*)

* Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Banten.