UMKM

Kastara.ID, Jakarta – Tren kasus harian COVID-19 secara global mulai melandai terutama di Amerika Serikat dan sebagian Eropa Tengah meski masih berada di level yang tinggi, sementara di India yang menjadi episentrum baru dan negara berkembang lainnya masih mencatat kenaikan kasus yang tinggi.

Kasus harian COVID-19 di Indonesia selama libur Idulfitri menurun cukup tajam, namun perlu diwaspadai gelombang baru pascalibur lebaran mengingat riwayat kasus harian sebelumnya yang selalu meningkat setelah libur panjang. Percepatan program vaksinasi akan terus ditingkatkan sebagai upaya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi yang solid.

Sampai dengan 23 Mei 2021, data menunjukkan bahwa program Vaksinasi telah dilakukan di 176 negara dengan total dosis yang telah diberikan sebanyak 1,65 miliar dosis, dan 24,84 juta dosis vaksin telah diberikan di Indonesia.

Demikian disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KITA di Jakarta, Selasa (25/5).

Menkeu menambahkan, perkembangan positif ekonomi global terus berlanjut dan menunjukkan optimisme yang cukup tinggi. Beberapa negara mengalami pertumbuhan positif pada Kuartal I 2021, antara lain Tiongkok, Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan, Perancis, dan Taiwan, didukung pemulihan ekonomi negara lain yang terus menguat meski masih di zona negatif. Perdagangan global juga terus membaik, menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi yang terus menguat, di mana Baltic Dry Index konsisten di level tinggi.

Selanjutnya, kinerja manufaktur global mampu mencapai level tertinggi sejak 2021, seiring kenaikan pada permintaan barang mesin dan elektronik yang cukup tinggi.

Meski demikian, beberapa faktor risiko perlu diwaspadai, antara lain munculnya gelombang dan varian baru kasus COVID-19, belum meratanya akses vaksinasi, kemungkinan normalisasi kebijakan moneter AS yang lebih cepat, serta pemulihan ekonomi global yang tidak merata dan proteksionisme perdagangan global.

“Perekonomian domestik terus melanjutkan pemulihan seiring kesehatan masyarakat yang membaik. Sinyal pemulihan ekonomi ditunjukkan dengan kembalinya tingkat kepercayaan masyarakat ke level optimis pada angka 101,5, jauh melampaui periode awal pandemi sejalan dengan tren mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan secara konsisten sejak bulan April,” kata Menkeu.

Dijelaskannya, Indeks Penjualan Ritel menunjukkan keberlanjutan pemulihan konsumsi masyarakat pada Maret dan April 2021, secara umum ditopang oleh peningkatan konsumsi pada seluruh kelompok, termasuk penjualan mobil ritel mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi, sebesar 227,6 persen (yoy) dan 2,5 persen (mtm) yang mengindikasikan perbaikan tingkat konsumsi kelas menengah.

“Kita semuanya harus menjaga momentum dan pada saat yang sama tetap waspada terhadap resiko yang begitu sangat dinamis. Jadi setiap proyeksi ada catatannya. Setiap optimisme selalu ada kewaspadaannya,” ungkap Menteri Keuangan.

Selanjutnya, lanjut Menkeu, indikator konsumsi listrik pada April 2021 memasuki zona positif, tumbuh hampir di semua sektor yang menunjukkan adanya recovery ekonomi. Penerapan PPKM yang terkendali mendukung tingkat PMI Manufaktur semakin ekspansif, yaitu mencapai 54,6 pada bulan April, dan mencatatkan rekor tertinggi sejak 2011.

Dari sisi perdagangan internasional, Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan tren positif dengan surplus USD 2,19 miliar pada April 2021, atau surplus yang terakumulasi sebesar USD 7,7 miliar sejak Januari-April 2021. Kinerja ekspor tumbuh dua digit, yaitu meningkat sebesar 51,9 persen (yoy) dan 25,0 persen (ytd), terutama didorong pertumbuhan ekspor nonmigas seperti besi dan baja, mesin dan peralatan elektrik, karet, logam mulia, timah, dan tembaga.

Kinerja impor juga menunjukkan pertumbuhan positif meski tak sebaik bulan Maret, didorong oleh pertumbuhan impor migas dan nonmigas mesin dan peralatan elektrik, bahan kimia organik, barang dari plastik. Indikasi ke arah perbaikan ekonomi juga terlihat dari Neraca Pembayaran Kuartal I 2021 yang mencatatkan surplus sebesar USD 4,1 miliar, berbalik arah dari kuartal sebelumnya

Aktivitas ekonomi pada Kuartal II 2021 diyakini akan terus meningkat didorong oleh technical rebound dan pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin solid. Selain itu, pertumbuhan positif juga didukung oleh pola siklus bisnis yang lebih intensif pada Kuartal II 2021 seperti adanya panen raya, momentum idul fitri, serta libur tahun ajaran baru.

“Dengan kondisi demikian, Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan mencapai 4,5 sampai dengan 5,3 persen (yoy). APBN terus bekerja keras untuk melanjutkan momentum perbaikan ini, ditunjukkan dengan peningkatan penerimaan negara dan pertumbuhan belanja negara, serta kondisi kas yang lebih optimal. Demikian disampaikan pada publikasi APBN Kita edisi Mei 2021,” ujar Menkeu.

Dampak Positif Pemulihan Ekonomi dan Program PEN

Realisasi di bidang perlindungan sosial dalam Program PEN Tahun 2020 relatif tepat sasaran dan cukup efektif dalam menjaga tingkat konsumsi rumah tangga kelompok miskin dan rentan. Pemulihan ekonomi telah menciptakan 2,61 juta lapangan kerja baru dalam kurun waktu September 2020 hingga Februari 2021, khususnya dari sektor strategis seperti manufaktur, pertanian, perdagangan, serta jasa penyediaan akomodasi dan makanan minuman. Selain itu,  tingkat kemiskinan mampu dikendalikan menjadi 10,19 persen pada September 2020, lebih rendah dari prediksi Bank Dunia jika tanpa program PEN yang mencapai 11,8 persen. Dengan kata lain, PEN 2020 diperkirakan mampu menyelamatkan lebih dari 5 juta orang dari kemiskinan.

Kontribusi program PEN tetap dilanjutkan pada 2021 dengan peningkatan alokasi hingga mencapai Rp 699,43 triliun. Per 18 Mei 2021, program Perlinsos PEN sudah terealisasi Rp 57 triliun atau 39 persen dari pagu, antara lain digunakan untuk penyaluran berbagai program bansos kepada 9,71 juta KPM PKH, 15,93 juta KPM Kartu Sembako, 10 juta KPM Bansos Tunai, 2,77 juta penerima kartu PraKerja, 3,97 juta KPM BLT Desa, serta bantuan kuota internet untuk 27,7 juta penerima.

Kerja Keras APBN dalam Mendukung Momentum Pemulihan

Kerja keras APBN melalui belanja negara terus dijaga untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi, sehingga momentum ini dapat dimanfaatkan untuk lebih mendorong pendapatan negara yang mulai membaik. Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir April 2021 mencapai Rp 723,0 triliun atau 26,3 persen APBN 2021, tumbuh signifikan sebesar 15,9 persen (yoy). Realisasi belanja negara terdiri dari belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp489,8 triliun dan TKDD sebesar Rp 233,2 triliun.

Realisasi belanja Pemerintah Pusat tumbuh tinggi terutama didukung oleh pertumbuhan Belanja K/L sebesar 37,2 persen (yoy) dan belanja non K/L yang tumbuh 17,7 persen (yoy). Realisasi belanja barang K/L tumbuh 87,1 persen, terutama didukung penanganan kesehatan dan vaksinasi, serta pemberian bantuan pelaku usaha mikro, serta memberikan manfaat berupa pengadaan 23,9 juta dosis vaksin, klaim biaya perawatan untuk 159,7 ribu pasien COVID-19, pemberian bantuan kepada 8,29 juta pelaku usaha mikro, dan pemberian BOS Kemenag kepada 3,45 juta siswa sekolah swasta, serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jaringan senilai Rp 1,5 triliun.

Selanjutnya, realisasi belanja modal tumbuh signifikan sebesar 132,4 persen, terutama berasal dari proyek infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas. Realisasi belanja modal antara lain digunakan untuk penyelesaian pembangunan Bendungan sebesar 61,61 persen dari target 10 bendungan baru dan 43 lanjutan senilai Rp 7,82 triliun, pembangunan jaringan irigasi sepanjang 600 km dengan progress sebesar 23,87 persen, rehabilitasi sepanjang 3.900 km dengan progres sebesar 24,23 persen, dan pembangunan jalur KA yang telah terealisasi sebesar 66,58 persen dari target 236,66 km’sp. Selain itu, belanja modal juga telah digunakan untuk pembangunan jalan sepanjang 59,14 km senilai Rp 0,5 triliun dan pembangunan jembatan sepanjang 3,31 km senilai Rp 0,2 triliun.

Selanjutnya, realisasi belanja bansos mencapai Rp 61,4 triliun, atau tumbuh 0,1 persen, antara lain disalurkan melalui pemberian bantuan Iuran Jaminan Kesehatan bagi 96,5 juta masyarakat miskin, pemberian sembako kepada 15,9 juta KPM, penyaluran Bansos Tunai kepada 9,6 juta KPM, pemberian bantuan PKH kepada 9,7 juta KPM, pemberian KIP Kuliah kepada 906,9 ribu mahasiswa dan penyaluran PIP kepada 9,9 juta siswa. Realisasi belanja subsidi dan belanja lain-lain juga meningkat, utamanya untuk penyaluran berbagai jenis subsidi dan program pra-kerja. Realisasi belanja subsidi sampai dengan April 2021 tumbuh 24,1 persen (yoy), terutama dipengaruhi kenaikan subsidi listrik akibat adanya carryover penjualan tahun 2020 ke 2021, serta kenaikan ICP dan volume konsumsi LPG. Belanja Subsidi telah direalisasikan untuk pemberian subsidi solar, minyak tanah, LPG, listrik, dan bunga perumahan bagi masyarakat, serta subsidi bunga KUR dan subsidi pupuk. Sedangkan belanja lain-lain tumbuh 379,9 persen (yoy) didorong pemberian bantuan iuran JKN kepada 19,15 juta masyarakat dan pelaksanaan program pra-kerja kepada 2,8 juta masyarakat.

Sementara itu, penyaluran dana TKDD sampai dengan 30 April 2021 terealisasi sebesar 29,3 persen dari total alokasi TKDD 2021. Peningkatan kinerja penyaluran TKDD terjadi untuk: (1) Peningkatan DBH akibat penyaluran Kurang Bayar tahun sebelumnya, (2) Penyaluran DAK Nonfisik sesuai dengan jadwal, dan (3) Peningkatan Dana Otonomi Khusus dan DIY karena Pemerintah Daerah telah menyampaikan permohonan dan memenuhi persyaratan lebih cepat.

Pembiayaan Investasi Turut Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional

Alokasi pembiayaan investasi untuk TA 2021 dianggarkan sebesar Rp 187,18 triliun, dan telah terealisasi sebesar Rp 19,56 triliun atau 10,45 persen dari pagu hingga akhir April 2021, terdiri atas realisasi pinjaman PEN Daerah sebesar Rp 10 triliun, pembiayaan investasi kepada BLU LMAN untuk pendanaan pengadaan tanah Proyek Strategis Nasional (PSN) sebesar Rp 5,56 triliun, dan pembiayaan investasi pada BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan sebesar Rp 4 triliun.

Selama 2021 sampai dengan 21 Mei 2021, LMAN telah melakukan pembayaran pengadaan lahan PSN sebesar Rp 10,195 triliun untuk sektor jalan tol dan bendungan, dan telah mampu membantu operasionalisasi jalan tol sepanjang 1.350 km. Selanjutnya, realisasi penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Tahun 2021 oleh BLU PPDPP hingga 24 Mei 2021 mencapai Rp 6,93 triliun untuk pembiayaan 63.776 unit penyaluran berupa rumah. Sementara terkait realisasi pinjaman PEN Daerah, telah mencapai 100 persen dari pagu APBN TA 2021. Penyaluran Pinjaman PEN Daerah ke Pemda dilakukan melalui PT SMI dalam bentuk Pinjaman Program/Pinjaman Kegiatan.

Kebutuhan Belanja dan Investasi Dipenuhi Melalui Pendapatan dan Pembiayaan

Peningkatan kinerja Belanja dan Investasi untuk penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi disertai semakin optimalnya penerimaan Perpajakan dan PNBP serta dukungan pembiayaan. Sampai dengan akhir April 2021, pendapatan negara terealisasi sebesar Rp 585,0 triliun atau 33,5 persen target APBN 2021, tumbuh 6,5 persen (yoy).

Penerimaan Pajak sampai dengan akhir April 2021 mencapai Rp 374,9 triliun atau 30,5 persen target APBN 2021, tumbuh negatif 0,5 persen (yoy). Meski masih terkontraksi, pertumbuhan kumulatif sampai dengan April 2021 lebih baik dibandingkan Januari-Maret, didorong oleh pertumbuhan positif pada bulan April baik secara neto maupun bruto seiring dengan penyampaian SPT Tahunan PPh Badan. Realisasi penyampaian SPT untuk tahun 2021 mengalami peningkatan sebanyak 1,38 juta SPT dari seluruh jenis Wajib Pajak dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penerimaan neto mayoritas jenis pajak membaik, bahkan PPh Badan dan PPN Impor mampu tumbuh double digit pada bulan April seiring dengan pemanfaatan insentif fiskal pembebasan PPh 22 Impor dan Pengurangan Angsuran PPh 25 tahun sebelumnya, serta aktivitas impor yang masih tumbuh. Sampai dengan 17 Mei, pemberian insentif fiskal telah berdampak positif bagi para wajib pajak yang memanfaatkannya, antara lain melalui insentif dunia usaha, insentif PPN DTP Rumah, dan Insentif PPnBM DTP Kendaraan Bermotor.

Selanjutnya, penerimaan Kepabeanan dan Cukai sampai dengan 30 April 2021 mencapai Rp 78,7 triliun atau 36,6 persen target APBN 2021, dan tumbuh 36,5 persen (yoy). Penerimaan Bea Masuk terealisasi sebesar Rp 11,49 triliun, meningkat 0,13 persen (yoy) seiring tren impor nasional yang terus meningkat, sedangkan bea keluar mencapai Rp 7,18 triliun, tumbuh signifikan 658,9 persen (yoy) didorong penerimaan BK tembaga dan produk kelapa sawit. Sementara penerimaan Cukai terealisasi sebesar Rp 60,05 triliun atau tumbuh 32,8 persen (yoy), didorong penerimaan cukai Hasil Tembakau yang tumbuh 34,4 persen (yoy) dipengaruhi oleh limpahan pelunasan kredit pita cukai dari akhir tahun 2020 yang jatuh tempo di awal 2021.

Realisasi PNBP sampai bulan April 2021 mencapai Rp 131,3 triliun atau 44,0 persen target APBN 2021, antara lain didorong oleh: (1) pertumbuhan PNBP SDA Nonmigas sebesar 37,3 persen (yoy) akibat kenaikan harga batubara, emas, perak, tembaga, timah, dan nikel, serta dukungan kenaikan sektor kehutanan meliputi kenaikan produksi kayu, penggunaan areal kawasan hutan, dan pembayaran piutang PNBP PKH; (2) pertumbuhan PNBP Lainnya sebesar 68,2 persen (yoy) akibat kenaikan penjualan hasil tambang batubara dan layanan PNBP K/L; (3) pertumbuhan Pendapatan BLU sebesar 84,2 persen (yoy) akibat peningkatan pendapatan dana perkebunan kelapa sawit dan layanan pendidikan dibandingkan tahun lalu. (mar)