penjualan eceran

Kastara.id, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan sejumlah bahan pangan mengalami surplus pasokan dikarenakan hasil panen melimpah. Namun hal ini harus diwaspadai, sebab kenyataan di lapangan harga berbagai bahan pangan dalam menyambut Natal dan Tahun Baru 2018 terjadi anomali cukup siginifikan.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono mengatakan, walaupun pasokan pangan surplus, namun terjadi disparitas harga bawang merah, cabai, telur ayam, daging ayam, minyak goreng, jagung dan lainnya sangat tinggi berkisar 160-400 persen.

Indonesia surplus bawang merah dan sudah ekspor bawang merah total Januari-November 2017 sebesar 7.561 ton (BPS), yang berarti tidak ada masalah dengan pasokan.

Namun yang terjadi di pasaran ternyata harga di konsumen sangat tinggi, sementara harga di petani jatuh. Fenomena ini kata dia menunjukkan pasar tidak sehat, akibatnya para petani dan konsumen menanggung derita.

“Kita perlu waspada dengan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan momen hari besar dan kondisi cuaca ini, untuk menaikkan harga bahan pangan pokok di pasar sedangkan harga di petani kami tetap rendah,” ungkap Spudnik di Jakarta, Rabu (27/12).

Sementara, ketersediaan bawang merah pada Desember sebesar 123.849 ton dari kebutuhan 109.437 ton. Atau, surplus 14.412 ton. Selanjutnya, ketersediaan cabai besar pada Desember sebesar 104.064 ton dari kebutuhan 95.652 ton, atau surplus 8.412 ton. Selain itu, ketersediaan cabai rawit pada Desember 81.637 ton dari kebutuhan 73.099 ton, atau surplus 8.538 ton.

“Ini berarti bahwa ketersediaan dan produksi secara nasional maupun di sentra utama dan non sentra masih aman dan terkendali,” tuturnya.

Spudnik menambahkan, saat ini harga bawang merah di tingkat petani/produsen Rp 7.000 (Demak, Pati dan Cirebon), Brebes Rp 8.000, Bima Rp 9.000, Solok Rp 11.000, Garut, Majalengka, dan Malang Rp 12.000.

Harga pasar induk Kramatjati Rp 12.000 sedangkan harga rata rata Rp 13.077. Namun, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 30.000. “Ada peningkatan harga 400 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani,” ujarnya.

Sementara data BPS untuk daging ayam Indonesia sudah ekspor total 276 ton pada 2017, ini mengindikasikan sudah surplus. Namun terjadi anomali dan disparitas harga daging ayam broiler sekitar 160 persen.

Data BPS pada minggu-II Desember 2017 harga daging ayam di eceran Rp 32.070 per kilogram dan harga di Jakarta tanggal 24 Desember 2017 sebesar Rp 34.500.

Hal yang sama terjadi pada harga telur. Indonesia Januari-November 2017 sudah ekspor telur total 374 ton (BPS), yang berarti sudah surplus pasokan, namun terjadi anomali pasar.

Harga telur ayam di Jakarta pada 24 Desember 2017 sebesar Rp 26.150 per kg, sementara harga di peternak berkisar Rp 20.000–Rp 22.500 per kg.

Spudnik mengatakan, sebentar lagi memasuki musim panen raya, biasanya gabah di petani akan jatuh, Bulog agar siap siap turun ke lapangan dan tidak membiarkan petani menderita rugi.

Dengan anomali ini seolah hukum pasar tidak berlaku dan keekonomian hanya dinikmati segelintir orang. Walaupun harga beras sudah tertolong dengan kebijakan HET, namun harga tetap tinggi di eceran di sembilan provinsi sudah melampaui di atas HET di Pulau Jawa medium yaitu Rp 9.450 per kg dan premium Rp 12.800 per kg. (mar)