DKI

Kastara.ID, Jakarta – Perekonomian DKI Jakarta terus menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan Il 2021 tercatat tumbuh positif sebesar 10,91 persen (Year on Year/YoY), berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,91 persen (YoY).

Pertumbuhan yang positif terutama didorong oleh peningkatan konsumsi domestik seiring peningkatan mobilitas masyarakat di tengah perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri yang diikuti dengan perluasan vaksinasi COVID-19 di DKI Jakarta.

Selain itu, faktor base effect tahun sebelumnya turut berdampak terhadap kenaikan perekonomian secara tahunan, sehingga ekonomi DKI Jakarta pada triwulan Il 2021 dapat tumbuh hingga dua digit.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Onny Widjanarko mengatakan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang positif disumbang oleh hampir seluruh komponen pengeluaran. Penyumbang pertumbuhan terutama dari konsumsi rumah tangga seiring dengan meningkatnya konsumsi domestik di tengah perayaan HBKN Idul Fitri 2021 dan cairnya Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

Selain itu, konsumsi pemerintah melanjutkan akselerasi pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 23,59 persen (YoY) pada triwulan II 2021 yang bersumber dari peningkatan belanja Kementerian/Lembaga di DKI Jakarta dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.

“Investasi juga membaik seiring dengan berjalannya Proyek Strategis Nasional (PSN) di Jakarta. Investasi tumbuh 5,36 persen pada triwulan II (YoY),” ujarnya (27/9).

Onny menjelaskan, ekspor dan impor mencatatkan pertumbuhan yang positif seiring dengan membaiknya permintaan domestik dan global. kinerja ekspor DKI Jakarta tumbuh 22,79 persen terindikasi dari pertumbuhan ekspor luar negeri beberapa komoditas ekspor Jakarta seperti produk kimia, lemak dan minyak hewan/nabati serta perhiasan seiiring dengan perbaikan permintaan global.

“Impor juga mencatat pertumbuhan positif 22,81 persen yang bersumber dari pertumbuhan positif kebutuhan impor barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku,” terangnya.

Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi yang positif terutama bersumber dari LU Industri Pengolahan; LU Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Pertumbuhan positif terutama berasal dari mulai pulihnya permintaan domestik sejalan dengan peningkatan konsumsi rumah tangga.

“Beberapa LU terkait penanganan COVID-19 dan aktivitas new normal yang mengalami akselerasi pertumbuhan selama pandemi seperti LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan LU Informasi dan Komunikasi, tetap tumbuh tinggi namun mulai mencatatkan perlambatan,” bebernya.

Ia menambahkan, untuk LU Jasa Keuangan mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan ll 2021 seiring dengan perbaikan penyaluran kredit dan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Kalau kita bicara konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor impor, komponen pertumbuhan ekonomi naik semua, syukur alhamdulillah. Perbaikan ekonomi di Jakarta dilihat dari lapangan usaha atau sektoral, industri pengolahan, perdagangan, informasi komunikasi, jasa keuangan dan kontruksi tumbuh semua,” urainya.

Onny menilai, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan IlI 2021 sehubungan dengan penerapan kebijakan PPKM Darurat/PPKM Level 4 yang diberlakukan sejak 3 Juli 2021 untuk mengatasi peningkatan kasus COVID-19 di DKI Jakarta.

“Kontraksi secara triwulanan terutama terjadi pada LU Perdagangan dan LU Akomodasi dan Makan Minum (Akmamin) seiring dengan ditutupnya pusat perbelanjaan masyarakat. Namun demikian, pelonggaran status PPKM di DKI Jakarta menjadi Level 3 sejak tanggal 23 Agustus 2021 diharapkan dapat kembali meningkatkan aktivitas dan konsumsi domestik, sehingga menahan perlambatan perekonomian pada triwulan IlI 2021,” bebernya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih ditopang oleh aktivitas LU Industri Pengolahan yang beroperasi dengan kapasitas terbatas pada masa PPKM Darurat/PPKM level 4, terutama untuk industri berorientasi ekspor.

“Dari sisi pengeluaran, kinerja konsumsi pemerintah menjadi penopang pertumbuhan diikuti kinerja ekspor total seiring dengan pulihnya perekonomian dan optimisme vaksinasi di global. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan Investasi diperkirakan masih tumbuh positif secara tahunan, meskipun terbatas,” tandasnya. (hop)