Difteri

Kastara.id, Jakarta – Kementerian Kesehatan serius menangani KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri yang ada saat ini. Keseriusan tersebut disambut positif dengan adanya dukungan dari kementerian dan lembaga terkait serta berbagai organisasi keagamaan, ikatan profesi, LSM, swasta dan masyarakat.

Dalam keterangan Kemenkes yang dikutip Sabtu (30/12) dikatakan bahwa salah satu faktor yang membuat penanggulangan KLB menjadi lebih sulit adalah karena adanya orang sehat yang tidak menunjukkan gejala Difteri namun bisa menularkannya pada orang lain.

Kemenkes menjelaskan fenomena ini dikenal sebagai carrier. Oleh karenanya, menerapkan perilaku bersih dan sehat menjadi penting dalam setiap kesempatan. Tidak lupa menerapkan etiket batuk dengan menggunakan masker atau menutup mulut saat batuk.

Sebagaimana diketahui, penyakit Difteri utamanya ditularkan melalui percikan ludah/air liur (droplet infection) penderita kepada orang lain yang berada dekat dengannya.

Sampai dengan 25 Desember 2017 Kementerian Kesehatan telah mengumpulkan data epidemiologis KLB Difteri. Saat ini terdeteksi sebanyak 907 kasus (kumulatif selama tahun 2017) dimana 44 di antaranya meninggal dunia. Kasus dilaporkan ada di 164 Kabupaten kota dari  29 provinsi. KLB Difteri pada saat ini memiliki gambaran yang berbeda daripada KLB sebelumnya yang pada umumnya menyerang anak Balita.

KLB kali ini ditemukan pada kelompok umur 1–40 tahun dimana 47 persen menyerang anak usia sekolah (5–14 tahun) dan 34 persen menyerang umur di atas 14 tahun. Data tersebut menunjukkan proporsi usia sekolah dan dewasa yang rentan terhadap Difteri cukup tinggi.

Program imunisasi yang telah rutin dilaksanakan secara berkesinambungan sejak 50 tahun yang lalu harus menjadi perhatian dan diikuti oleh masyarakat, karena melalui upaya pencegahan ini akan dapat mengurangi risiko kesakitan dan terjadinya KLB.

“Dalam satu tahun ke depan upaya penanggulangan Difteri diprioritaskan pada pencegahan meluasnya KLB. Imunisasi lengkap sesuai usia menjadi suatu keharusan, karena melalui upaya inilah peningkatan kekebalan difteri dapat diperoleh secara optimal,” demikian Kemenkes menjelaskan. (nad)