Berkeley Lights

Kastara.ID, Jakarta – Berkeley Lights, Inc., pemimpin seleksi sel, tengah bekerja sama dengan kalangan universitas dan pusat kesehatan di Amerika Serikat, Tiongkok, dan Australia yang ingin membuat vaksin dan obat untuk mengatasi COVID-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV2 atau, singkatnya, virus Corona. Dengan memakai teknologi buatan Berkeley Lights, optofluidic platform Beacon®Vanderbilt University Medical Center (VUMC) dan GenScript China memilah sampel darah pasien. Hal ini dilakukan guna mencari antibodi yang diperlukan untuk membuat solusi atas virus Corona. Sementara para peneliti di University of Queensland, Australia, mengkaji platform Beacon demi mempercepat program vaksin subunit rekombinan.

Vanderbilt Vaccine Center (VVC) ialah salah satu lokasi utama dalam DARPA Pandemic Prevention Platform Program (P3). Mengingat rekam jejaknya dalam mempercepat pengobatan Zika dan beberapa target viral lain, DARPA memilih VVC sebagai lokasi utama di Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan obat berbasiskan antibodi yang baru demi mencegah infeksi SARS-CoV2. Baru-baru ini, VVC mulai menerima sampel manusia penting dari pasien yang berhasil pulih. Sampel tersebut akan diseleksi dengan platform Beacon dari Berkeley Lights untuk menemukan antibodi protektif.

“Platform Beacon membantu kami untuk memanfaatkan sel B dalam pengujian sel tunggal (single cell assay). Lewat platform Beacon, kami juga bisa melakukan eksplorasi yang lebih beraneka ragam terhadap potensi antibodi protektif. Hasilnya, kami mengidentifikasi antibodi terbaik dengan lebih cepat,” ujar Pemimpin Proyek untuk Crowe Lab di VUMC Dr. Robert Carnahan.

Di Australia, University of Queensland termasuk salah satu dari beberapa kelompok yang dipilih Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Kelompok ini akan membuat vaksin virus Corona berkat teknologi dengan respons cepat yang baru dirilis. University of Queensland mengevaluasi platform Beacon guna mempercepat pengembangan awal menuju uji klinis.

“Platform Beacon mendukung kami agar siap menjalankan kegiatan manufaktur secara lebih cepat ketimbang pendekatan biasa, dan menghemat masa kerja selama berbulan-bulan,” kata Dr. Trent MunroDirector, National Biologics Facility, dan Program Director, Vaccine Rapid Response di University of Queensland yang didanai CEPI.

“Menurut kami, setiap hari sangat penting dalam merespons wabah COVID-19. Kami berharap pendekatan tersebut ikut menghasilkan vaksin mendatang,” imbuhnya.

Pada awal Februari, GenScript Biotech Corporation mengumumkan keberhasilan para penelitinya untuk memilah dan mengidentifikasi antibodi untuk COVID-19 dalam tempo kurang dari 24 jam dengan platform Beacon. Proses ini biasanya menghabiskan waktu tiga bulan jika memakai metode pemilahan antibodi hibridoma yang biasa. Pencapaian tersebut menjadi terobosan besar dalam pemberantasan wabah yang lebih cepat dan pengembangan tindak pencegahan serta obat, khususnya untuk virus Corona.