Kastara.id, Jakarta – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin percaya diri dalam memasarkan potensi wisata halal atau yang lebih dikenal dengan sebutan family friendly tourism. Tim Percepatan Pengembangan Wisata Family Friendly Kemenpar pun akan menggenjot promosi dan hard selling wisata halal.

Ketua Tim Percepatan Wisata Family Friendly Kemenpar Riyanto Sofyan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/6) mengatakan, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya selalu mendorong keselarasan promosi dengan hard selling.

“Kita harus gencarkan kegiatan hard selling sejalan dengan aktivitas promosi dan peningkatan daya saing destinasi dan industri pada pengembangan paket wisata,” ujarnya.

Riyanto menambahkan, tim yang dipimpinnya pada Rabu lalu (30/5) sempat menggelar pertemuan di Jakarta. Pertemuan itu juga dihadiri Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Forum Travel Partner Indonesia (FTPI), Islamic Inbound Travel (IIT), Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN), Indonesian Islamic Travel Communication (IICTF), Asosiasi Tour Leader Muslim Indonesia (ATLMI) dan Asosiasi Penyelenggara Haji, Umroh dan Inbound Indonesia (ASPHURINDO).

Riyanto menjelaskan, tujuan pertemuan itu adalah sebagai upaya Kemenpar memfasilitasi para pelaku industri wisata family friendly dalam rangka program hard selling. Rencananya, program hard selling wisata halal akan digelar Arab Saudi, Inggris, Rusia, Malaysia, Singapura, India, Tiongkok dan Australia

Menurut Riyanto, ternyata ada tiga isu krusial menarik yang mengemuka pada pertemuan itu. “Yang pertama adalah masih kurangnya promosi Indonesia sebagai destinasi wisata halal atau family friendly tourism di mancanegara maupun di nusantara,” katanya.

Yang kedua adalah isu tentang harga tiket pesawat ke Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara pesaing utama destinasi wisata halal. Sebagai contoh, tiket pesawat rute Abu Dhabi-Bangkok bisa diperoleh dengan harga Rp 5 juta pergi pulang. “Dibandingkan Abu Dhabi-Jakarta sekitar Rp 17 juta pergi pulang,” ujarnya.

Sedangkan isu krusial yang ketiga adalah pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia pariwisata halal seperti tour leader, tour guide, front office, food and beverage service hingga driver. “Khususnya permintaan mampu berbahasa selain bahasa Inggris bagi frontliner,” katanya.

Adapun Ketua Umum ASPHURINDO Magnatis Chaidir mengatakan, pihaknya akan melakukan jemput bola ke Arab Saudi. Langkah proaktif itu sebagai tindak lanjut nota kesepahaman antara Kemenpar dengan Kerajaan Arab Saudi tentang kerja sama strategis. “Ini demi meningkatkan kunjungan wisatawan Arab Saudi ke Indonesia dalam waktu dekat ini,” ujarnya.

Seperti diketahui, posisi Indonesia sebagai destinasi wisata halal makin baik. Merujuk MasterCard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, destinasi wisata halal di Indonesia makin mendunia.

Posisi Indonesia sebagai penyedia destinasi wisata halal bahkan menanjak di antara 130 negara yang disurvei. Merujuk GMTI yang dirilis pada awal Mei lalu, Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).

Posisi Indonesia di peringkat ketiga sekaligus menggeser Turki. Sebelumnya, Turki yang juga dikenal sebagai gerbang Eropa pada GMTI 2016 berada di urutan ketiga setelah Malaysia dan UEA.

Selain itu, potensi wisata halal Indonesia makin diakui dunia ketika menyabet tiga penghargaan pada World Halal Tourism Award 2015 di Abu Dhabi. Pada ajang serupa 2016, Indonesia menyabet 12 dari 16 penghargaan. (lana)