Pelatihan Budidaya Ikan

Kastara.ID, Jakarta – Stunting masih menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan SDM Indonesia saat ini. Guna mengatasinya, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mendorong konsumsi ikan masyarakat. Sejalan dengan itu, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) bekerja sama dengan Komisi IV DPR RI menggelar pelatihan seputar budidaya perikanan bagi masyarakat pada 1-2 September 2020.

“Pelatihan Pembesaran Ikan Lele” diselenggarakan di Kab. Sumbawa dan Kab. Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebanyak 145 masyarakat tercatat mengikuti pelatihan ini. Sementara di Kab. Malinau dan Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), turut diselenggarakan “Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Buatan” yang diikuti oleh 115 nelayan/pembudidaya ikan.

Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, lele merupakan salah satu ikan endemik Indonesia yang paling hebat karena mampu bertahan di segala medan. Oleh karena itu, lele bisa dibudidayakan hampir di mana saja.

Untuk membudidayakan lele, terdapat empat hal yang perlu disiapkan yaitu ketersediaan lahan, benih, pakan, dan pasca-panen. Ia menjelaskan bahwa lahan yang diperlukan tidak perlu besar. Lahan di sekitar tempat tinggal masyarakat dengan bak-bak.

Terkait pakan, Sjarief mengungkapkan bahwa masyarakat pun tak selalu harus membeli pakan pabrikan. Pasalnya, kini pakan dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal kita.

“Istilahnya pakan mandiri. Apa yang ada di sekitar kita seperti dedak dan bungkil kelapa bisa dimanfaatkan,” ucapnya.

Tak berhenti di situ, ia menyarankan agar para peserta menurunkan hasil budidaya lelenya menjadi produk-produk olahan seperti lele asap dan sebagainya sehingga ketersediaan pangan akan terjaga.

Ke depannya, Sjarief berharap agar kerja sama antara pemerintah, DPR RI, dan masyarakat bisa terus berjalan baik ke depannya. “Ini adalah awal karena setelah ini kita akan lanjutkan dengan pelatihan pasca panen. Mulai dari hulu sampai hilir. Dengan begitu, ketersediaan pangan akan terjaga,” ujarnya.

Senada dengan itu, Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan berharap agar pelatihan ini bisa mendorong perluasan titik-titik budidaya lele di NTB sehingga meningkatkan angka konsumsi ikan masyarakat.

“Angka makan ikan di Kab. Sumbawa itu masih di bawah rata-rata nasional yaitu 42 kg/kapita/tahun. Sedangkan rata-rata nasional itu di angka 54,49 kg/kapita/tahun. Kalau untuk Kab. Sumbawa Barat, Alhamudlillah sudah melampaui 57 kg/kapita/tahun,” ungkapnya.

Johan mengatakan, ke depan pihaknya akan menindaklanjuti pelatihan ini dengan menyiapkan fasilitas-fasilitas pembesaran lele. Oleh karena itu, ia meminta agar para peserta mengikuti pelatihan dengan baik.

“Bapak/ibu belajar dan berlatih dulu. Nanti kami beserta tim di Sumbawa siap memfasilitasi ilmu yang bapak/ibu dapatkan pada hari ini sehingga bisa diamalkan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, daerah, dan keluarga kita,” tandasnya.

Salah satu perwakilan peserta asal Kab. Sumbawa Barat, Tomino Apriasi, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaran pelatihan ini. Ia berharap, ke depannya para peserta terus didampingi mulai dari proses tabur benih hingga pasca panen.

Sementara pelatihan pembuatan pakan ikan buatan juga disambut antusias oleh para nelayan budidaya di Kaltim. Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati menyatakan bahwa tema pelatihan ini dipilih sejalan dengan pengembangan industri perikanan budidaya yang menjadi program KKP.

Pakan memang masih menjadi salah satu kendala dalam industri budidaya. Pasalnya, pakan yang menjadi komponen terbesar yakni sekitar 60-70% memiliki harga yang cukup tinggi di pasar. Untuk itu, pakan buatan sendiri (mandiri) menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi pembudidaya.

“Kami dari KKP selalu berkolaborasi mencari upaya agar pakan-pakan yang dihasilkan ini, selain bahan bakunya mudah didapatkan dari daerah setempat, tentu harganya juga tidak mahal,” ucapnya.

Lilly pun memastikan, pihaknya akan terus menindaklanjuti pelatihan ini dengan memberikan memberikan pendampingan bagi para peserta melalui para penyuluh perikanan setempat.

Wakil Ketua Komisi IV DPRI RI Budisatrio Djiwandono menyatakan, sangat mendukung upaya KKP untuk mengembangkan budidaya. Ia menilai bahwa sektor ini merupakan kegiatan yang bersifat padat karya dan dapat menyentuh langsung stakeholders di daerah.

“Kami sangat senang hari ini bukti nyata dari KKP, khususnya BRSDM, berinisiatif melakukan program-program pelatihan khusus untuk membantu nelayan budidaya membuat pakannya. Ini sebuah program yang sifatnya komplit dan sangat menyentuh langsung stakeholders yang ada di daerah-daerah,” ucapnya.

Budi mengatakan, selama ini Kaltim umumnya diingat oleh orang banyak karena sumber daya mineralnya seperti batubara dan sawit. Namun sebenarnya, Kaltim yang memiliki lahan begitu luas menyimpan potensi perikanan yang tak kalah hebat jika dioptimalkan.

Terlebih, sektor kelautan dan perikanan terbukti menjadi salah satu sektor ekonomi yang masih bisa berkembang di tengah pandemi Covid-19. Untuk itu, ia berharap pelatihan ini bisa memancing masyarakat Kaltim untuk berwirausaha di bidang perikanan budidaya.

“Contohnya adalah budidaya udang vaname dan udang windu. Itu masih banyak diminta oleh negara-negara luar negeri. Permintaannya pasti ada. Ke depannya, ini bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk melakukan ekspor sehingga kita bisa merasakan devisa yang lebih banyak lagi dari sektor ini,” paparnya.

Tak hanya itu, Budi berharap kehadiran produk-produk kelautan dan perikanan dapat mengatasi stunting sehingga anak-anak Indonesia dapat  tumbuh kuat dan sehat.

Adapun Kepala Dinas Kab. Malinau, Sofyan, turut mendukung kegiatan ini. Ia berujar, daerahnya merupakan wilayah yang cukup jauh dari laut sehingga masyaraakt hanya bisa mengelola perikanan dari sungai-sungai yang ada lewat budidaya.

“Kami sangat senang dan mendukung pelatihan ini. Mudah-mudahan ke depan pun ada pelatihan-pelatihan sejenis untuk meningkatkan keterampilan dan memperkuat komitmen pembudidaya,” tutupnya. (wepe)