“Pencegatan 230 meter kubik sampah ini berdampak signifikan pada kelancaran debit air menuju Pintu Air Manggarai,” ujarnya, Sabtu (2/12).

Bily menjelaskan, 230 meter kubik sampah yang berhasil tersaring terdiri dari kayu, karet, plastik, tekstil, kaca, hingga logam. Sampah tersebut selanjutnya dipilah, kemudian diolah menjadi bahan baku kompos serta Refuse Derived Fuel (RDF).

“Sampah yang diolah biasanya menghasilkan 43 persen kompos dan 53 persen RDF serta sisanya berupa residu,” ucapnya.

Ia menambahkan, hingga November 2023, pengolahan sampah di lokasi ini tercatat sudah mengkonversi 145.290 kilogram sampah menjadi RDF yang nantinya bisa digunakan menjadi alternatif bahan bakar pengganti batu bara.

“Penanganan sampah masih akan terus diintensifkan. Intensitas hujan yang masih tinggi berpotensi memicu adanya kiriman sampah dari hulu,” tandasnya. (hop)