“Sebelum melakukan pembayaran mereka kita ajarkan untuk bijak, seperti harus cek jumlah dan akun tujuan pembayaran,” ujar Arlyana.

Menurutnya, penggunaan QRIS bagi pelajar usia SMP ke atas saat ini merupakan hal wajar lantaran perangkat digital gawai telepon seluler pasca-pandemi COVID-19 sudah menjadi bagian dari keseharian. Kemudian penggunaannya juga bisa melalui berbagai aplikasi dompet digital tanpa harus terkoneksi dengan rekening bank.

Dengan demikian, hal itu akan mempermudah pengawasan uang agar tidak hilang. Kemudian, orang tua juga bisa mengawasi penggunaan QRIS lantaran jumlah dan tujuan transaksi oleh anak akan tercatat secara digital.

Arlyana memastikan, QRIS saat ini bisa digunakan di berbagai merchant yang telah bekerja sama. Secara keseluruhan, telah terdapat sekitar 4,7 juta merchant QRIS di DKI Jakarta dengan komposisi persentase jumlah 39 persen di antaranya berjenis usaha mikro dan 27 persen usaha menengah.

Merchant usaha mikro itu mayoritas bidang makanan minuman. Makanya kami juga berharap siswa aktif mengajak bila ada pedagang yang belum gunakan QRIS,” jelasnya.

Diakui Arlyana, sampai dengan Juli 2023, pengguna QRIS di Jakarta bertambah sebanyak 698.064 atau 64,67 persen dari target yang ditentukan sampai dengan akhir tahun 2023 sekitar 1,1 juta pengguna baru. Sedangkan volume transaksi telah mencapai 361 juta kali atau 104 persen dari target sampai dengan akhir tahun 2023.

“Kami berharap hingga akhir tahun ini mampu mencapai target pengguna baru. Karena itu ke depan kegiatan serupa menyasar sekolah akan kami gencarkan,” ujarnya.

Sementara pelajar kelas 8 SMPN 109 Jakarta, Ardika Rangga, mengapresiasi diseminasi yang digelar di sela kegiatan sekolahnya itu. Ia berharap, kampanye penggunaan QRIS terus digencarkan sehingga jumlah merchant terus meningkat.

“Karena kan belum semua pedagang ada QRIS-nya. Saya berharap bisa semakin banyak pedagang yang punya,” tandasnya. (hop)