Kastara.id, Jakarta – Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan terkait terus berupaya mengedukasi para generasi muda khususnya para pelajar untuk belajar membatik.

Langkah ini dalam rangka meningkatkan kecintaan terhadap batik sebagai warisan budaya dunia sekaligus mendorong penumbuhan wirausaha baru. “Kami tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan kegiatan ekstrakurikuler membatik pada Sekolah Menengah Kejuruan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemperin Gati Wibawaningsih pada Peringatan Hari Batik Nasional di Jakarta (2/10).

Gati meyakini, gerakan melestarikan, menggunakan, dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya di masyarakat selama ini telah mendongkrak permintaan batik nasional dan pertumbuhan industri batik di dalam negeri. “Peluang pasar batik saat ini juga sangat terbuka luas, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.

Gati menambahkan, pihaknya aktif melakukan kegiatan promosi dan fashion show melalui berbagai event baik di domestik maupun internasional yang berhasil menarik perhatian masyarakat dunia terhadap batik Indonesia. “Kegiatan tersebut mampu meningkatkan permintaan ekspor batik nasional. Batik juga dapat mengeksplor karya kreatif mulai dari tingkatan perajin batik hingga fashion designer,” katanya.

Berdasarkan catatan Kemperin, ekspor batik dan produk batik pada tahun 2015 mencapai USD 178 juta atau meningkat 25,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. “Pasar ekspor utama batik adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa,” ujarnya.

Industri batik berperan penting sebagai penggerak perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, serta memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri. “Industri batik didominasi oleh industri kecil dan menengah yang menjadi penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas,” katanya. (mar)